Arthur Hayes Sebut BTC Tak Akan Sentuh All Time High Tahun Ini

Anggita Hutami

30th May, 2023

Mantan CEO Bitmex, Arthur Hayes menyebutkan Bitcoin tak akan mencapai harga all time high (ATH) tahun ini. Hayes juga memprediksi BTC akan mencapai puncak harga pada rentang tahun 2025 dan 2026. Setelahnya, Hayes mengatakan akan terjadi peristiwa besar yang menimpa Bitcoin, ia menyebutnya sebagai “armageddon”.

Baca Juga: Miliarder Kripto Arthur Hayes Prediksi Bitcoin Bisa Berharga US$1 Juta

Bitcoin Mencapai ATH pada 2025

Hayes mengubah prediksinya terkait potensi harga Bitcoin. Ia mengatakan Bitcoin kemungkinan besar tidak akan mencapai US$70.000 tahun ini.

Namun, Hayes optimis harga Bitcoin dan pasar kripto akan bullish pada tahun 2024. Pernyataan tersebut disampaikan Hayes dalam siaran Youtube ‘What Bitcoin Did’ pada 27 Mei.

“Kita akan menghadapi halving tahun depan, 2024. Saya pikir itu akan menjadi tahun yang baik. Saya tidak berpikir kita akan mencapai US$70.000 tahun ini. Tahun depan adalah saat kita melewati batas itu dan kemudian kita akan mencapai puncak tertinggi pada 2025-2026. Setelah itu akan terjadi Armageddon,” tandasnya.

Hayes menggunakan istilah “armageddon” untuk menjelaskan peristiwa besar dalam masyarakat.

Baca Juga: Mengenal Bitcoin Halving dan Dampaknya Pada Harga

Prediksi Arthur Hayes

Arthur Hayes kerap kali memprediksi soal pergerakan harga Bitcoin dengan mengaitkannya dengan peristiwa global. Ia memiliki dua prediksi, yang pertama, Bitcoin berpotensi hancur dikarenakan peristiwa yang ia sebut sebagai armageddon.

Armageddon yang dimaksud dapat berupa peristiwa apapun yang mendorong pemerintah mencetak lebih banyak uang.

“Ketika uang dicetak dalam jumlah besar maka terdapat ketidakpuasan sosial di seluruh dunia. Hal-hal yang tidak terduga dapat terjadi. Misalnya, Perang Dunia I yang dimulai dari pembunuhan seorang bangsawan kecil yang tidak dikenal. Kemudian dipicu oleh perjanjian-perjanjian,” ungkapnya.

Prediksi kedua, Hayes mengatakan ketegangan politik saat ini berpotensi menyebabkan perang militer. Pendapatnya diungkapkan dalam artikel “Curve Ball” yang membahas tentang potensi kelangkaan pasokan minyak global.

Dalam artikel tersebut, Hayes menyebutkan konflik antara Iran dengan Israel atau pun Arab Saudi berpotensi menyebabkan kenaikan harga minyak per barel.

Ketiga negara tersebut dapat saling memblokir salah satu wilayah dengan tumpahan minyak terbesar, yakni Selat Hormuz. Selat tersebut terletak di antara Teluk Persia dan Teluk Oman. Sebagai importir minyak bersih, tentunya Amerika Serikat akan ikut terdampak.

“Satu-satunya cara AS akan mendapatkan lebih banyak minyak di dalam negeri adalah dengan mendorong perusahaan domestik untuk meningkatkan CAPEX, yang akan memerlukan pinjaman yang lebih tinggi,” tulis Hayes.

Hayes merekomendasikan agar Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga dan mengambil langkah-langkah untuk mengendurkan kebijakan keuangan dalam situasi semacam itu. Penurunan suku bunga umumnya dianggap sebagai sinyal positif bagi pasar kripto.

Baca juga: Spekulasi Naiknya Suku Bunga AS Picu Arus Keluar Kripto Bernilai Triliunan Rupiah

Pada November 2021, harga Bitcoin mencapai ATH US$69.000 ketika suku bunga hanya 0,25%. Namun, harga Bitcoin turun drastis menjadi sekitar US$15.500 akibat kenaikan suku bunga secara agresif oleh The FED.

Baca Juga: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Bitcoin Menuju 50 Ribu Dollar?

Anggita Hutami

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.