kripto

Produk Investasi Kripto Berpotensi Alami Gelombang Likuidasi pada 2027

Produk investasi aset kripto berbasis Exchange-Traded Product atau ETP diperkirakan akan menghadapi gelombang likuidasi dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi ini dipicu oleh lonjakan jumlah produk baru yang masuk ke pasar tanpa diimbangi permintaan yang cukup kuat.

Dalam postingan di X pada Rabu (17/12/2025), analis ETF Bloomberg James Seyffart menyampaikan bahwa gelombang peluncuran ETP kripto yang diprediksi terjadi pada 2026 berpotensi diikuti oleh penutupan massal pada akhir 2026 hingga 2027. Pernyataan tersebut sejalan dengan proyeksi manajer aset kripto Bitwise, yang memperkirakan lebih dari 100 ETF kripto akan meluncur ke pasar pada 2026.

“Kita akan melihat banyak likuidasi pada produk ETP kripto. Bisa saja mulai di akhir 2026, tetapi kemungkinan besar terjadi pada 2027,” ujar Seyffart.

Ia menambahkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 126 pengajuan ETP kripto yang masih menunggu keputusan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC). Menurut Seyffart, banyak penerbit produk investasi bersikap terlalu agresif dengan meluncurkan berbagai instrumen baru tanpa mempertimbangkan secara matang potensi permintaan pasar.

Pendekatan tersebut berisiko menciptakan pasar yang terlalu padat, di mana hanya sebagian kecil produk yang mampu menarik arus dana dan bertahan dalam jangka menengah hingga panjang.

Baca juga: ETF XRP Spot di AS Tembus Rp19,3 Triliun, Tanpa Outflow Sejak Peluncuran

Risiko Tutup Akibat Minimnya Dana yang Dikelola

Fenomena penutupan ETF bukan hal baru di industri keuangan global. Sepanjang 2024, tercatat sebanyak 622 ETF ditutup secara global, termasuk lebih dari 189 ETF di Amerika Serikat. Sementara itu, laporan Morningstar menunjukkan bahwa 244 ETF yang ditutup di AS sepanjang 2023 memiliki usia rata-rata 5,4 tahun.

Mayoritas produk tersebut dihentikan karena gagal menarik arus dana masuk yang memadai. Akibatnya, aset kelolaan atau assets under management tetap rendah dan tidak lagi ekonomis untuk dipertahankan oleh penerbit.

Tren serupa mulai terlihat di sektor kripto. Sejumlah ETP kripto telah dilikuidasi sepanjang 2025, dengan contoh paling menonjol adalah ARK 21Shares Active Bitcoin Ethereum Strategy ETF (ARKY) dan ARK 21Shares Active On-Chain Bitcoin Strategy ETF (ARKC).

Lonjakan jumlah ETP kripto ke depan diperkirakan semakin dipicu oleh penerapan standar pencatatan umum atau generic listing standards dari SEC. Aturan ini memungkinkan pengajuan ETP dinilai secara kolektif, tanpa proses evaluasi satu per satu, sehingga membuka peluang persetujuan massal mulai 2026.

Bahkan sebelum aturan tersebut resmi berlaku pada September, sejumlah manajer aset telah mengajukan ETF berbasis token yang lebih spekulatif, termasuk meme coin yang dikaitkan dengan figur publik.

Meski demikian, tidak semua ETP kripto menunjukkan kinerja lemah. Beberapa produk mencatat respons pasar yang relatif positif. ETF yang melacak Litecoin, Solana, dan XRP berhasil menarik minat investor pada 2025, melanjutkan tren ETF Bitcoin dan Ethereum spot yang lebih dulu diluncurkan pada 2024.

Data Farside Investors menunjukkan bahwa ETF Bitcoin spot di AS telah menghimpun arus dana masuk sebesar US$57,6 miliar atau sekitar Rp950 triliun sejak diluncurkan pada Januari 2024. Sementara itu, ETF Ethereum spot mencatat total inflow sebesar US$12,6 miliar atau sekitar Rp208 triliun sejak Juli 2024.

Adapun ETF Solana spot yang dikelola oleh Bitwise, VanEck, Fidelity, 21Shares, Franklin Templeton, dan Grayscale telah menarik arus dana sekitar US$725 juta atau setara Rp12 triliun sejak akhir Oktober.

Baca juga: ETF AfterDark Incar Pergerakan Bitcoin di Luar Jam Bursa AS