Performa Bitcoin di 5 Negara dengan Inflasi Tinggi

Anggita Hutami

28th April, 2023

Miliarder sekaligus investor asal AS, Paul Tudor menulis surat investor dan merilis daftar lindung nilai inflasi yang juga disebut dengan “a host of assets that at one time or another have worked well in reflationary periods”.

Tudor Jones mengidentifikasi Bitcoin sebagai aset terbaik untuk dijadikan lindung nilai karena mampu mempertahankan daya beli, kepercayaan, likuiditas, dan portabilitas.

Apakah Bitcoin memang layak disebut sebagai pelindung nilai ketika inflasi tinggi? Membuktikan hal tersebut, analis Coinvestasi menyoroti bagaimana kinerja Bitcoin di negara-negara dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi, bahkan menyentuh dua digit.

Baca juga: Inflasi dan Harga Minyak Naik Bitcoin Malah Turun, Apa Hubungannya?

Kinerja Bitcoin di 5 Negara Inflasi Tinggi

1. Argentina

Menurut data Visual Capitalist pada tahun 2022, Argentina menempati peringkat keenam sebagai negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia, mencapai 88% dalam setahun terakhir.

Pada 18 April, tingkat inflasi Argentina yang tinggi berhasil mendorong harga BTC ke level tertinggi sepanjang masa di negara tersebut. Nilai tukar BTC dengan peso Argentina (ARS) melewati lebih dari 6,59 juta ARS, menurut data harga agregat yang dilacak oleh Google Finance.

BTC/ARS. Sumber: Google Finance.

Menurut data Coingecko (28/4) harga Bitcoin terhadap ARS telah naik 77% dalam satu tahun terakhir.

Baca juga: Ekonomi Memburuk, Argentina Pecahkan Rekor Perdagangan Bitcoin

2. Turki

Tingkat inflasi di Turki tertinggi, mencapai 85,5% dalam satu tahun terakhir.

Berdasarkan data Google Finance, performa Lira terhadap Bitcoin masih cukup baik, yang mana harga BTC belum menyentuh ATH di Turki, kendati inflasi di negara tersebut tinggi.

Sementara itu, data Coingecko (28/4) menunjukkan harga Bitcoin terhadap Lira Turki sebesar TRY 573.944, mencatat penurunan 1,3% dalam satu tahun terakhir.

3. Pakistan

Pakistan memiliki tingkat inflasi 26,6% dalam satu tahun terakhir. Data Coingecko (28/4) menunjukkan harga Bitcoin terhadap Rupee Pakistan (PKR) sebesar 8.383.934, mencatat kenaikan 14,9% dalam satu tahun terakhir.

Menurut data Google Finance, harga BTC terhadap PRK sejak November 2022 mengalami tren kenaikan yang cukup stabil, meskipun belum mencapai angka tertinggi.

BTC/PRK. Sumber: Google Finance

4. Ukraina

Ukraina memiliki tingkat inflasi 26,6% dalam satu tahun terakhir. Data Coingecko (28/4) menunjukkan harga Bitcoin terhadap Hryvnia Ukraina (UAH) 1.090.429,952, mencatat penurunan 8,3% dalam satu tahun terakhir. Namun, jika melihat pergerakan dari data Google Finance, harga BTC cenderung fluktuatif sejak 2022.

Pada awal tahun 2022 harga BTC terhadap UAH turun, menyusul deklarasi perang Rusia ke Ukraina, kemudian naik pesat di April 2022, sebelum anjlok kembali pada Juli 2022. Sejak saat itu harga BTC terhadap UAH memiliki tren yang cukup baik.

BTC/UAH. Sumber: Google Finance

5. Nigeria

Nigeria memiliki tingkat inflasi 21,1% dalam satu tahun terakhir. Data Coingecko (28/4) menunjukkan harga Bitcoin terhadap Naira Nigeria (NGN) 13.592.760,704, mencatat penurunan 16,8% dalam satu tahun terakhir.

Sementara itu, menurut data dari Google Finance, kinerja Bitcoin terhadap Naira Nigeria terbilang fluktuatif dan masih mengikuti pergerakan harga BTC secara global dengan USD, dengan alami tren naik sejak akhir tahun 2022.

BTC/NGN. Sumber: Google Finance.

Baca Juga: Performa Bitcoin Berhasil Ungguli NASDAQ dan Emas

Kesimpulan

Berdasarkan data kelima negara tersebut, tingkat inflasi yang tinggi tidak selalu memberikan reaksi kenaikan signifikan pada harga Bitcoin terhadap mata uang negara tersebut.

Perbedaan respon harga BTC terhadap negara-negara dengan tingkat inflasi tinggi ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti sentimen pasar, tingkat adopsi, permintaan terhadap Bitcoin, peraturan pemerintah dan kebijakan ekonomi negara.

Baca juga: Turki dan Argentina Inflasi Tinggi, Adopsi Kripto Justru Menguat!

Anggita Hutami

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.