Membongkar 5 Mitos Kripto di Kalangan Awam!

Anggita Hutami

14th July, 2023

Laporan terbaru dari Chainalysis menyanggah berbagai mitos kripto yang sudah lama beredar, beberapa di antaranya adalah aset kripto yang disebut ilegal, kripto, dan bank yang tidak bisa bersinergi, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Tenaga Kerja dari Asia Dominasi Industri Kripto Global

Kripto Ilegal

Salah satu mitos yang sering kali dikaitkan dengan kripto adalah bahwa kripto dianggap ilegal. Namun, kenyataannya regulasi terkait kripto telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam empat lima terakhir.

Pada tahun 2019, FATF mengeluarkan standar global untuk industri kripto yang mencakup tentang persyaratan Anti-Money Laundering/Countering the Financing of Terrorism (AML/CFT). Banyak negara telah mengadopsi aturan ini, salah satunya ialah Singapura.

Pada April 2023, Uni Eropa meloloskan undang-undang Market in Crypto Assets (MiCA). Aturan ini mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan aset digital di uni Eropa.

Di Indonesia, kripto dinyatakan legal dan dikategorikan sebagai komoditas. Aturan mengenai kripto tercantum dalam Peraturan Bappebti Nomor 9 Tahun 2019. Kripto juga menjadi salah satu objek yang dikenakan pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PNK) 68 Tahun 2022.

Meskipun beberapa negara belum memiliki aturan yang komprhensif mengenai kripto. Tetapi, sebagian besar negara telah menyadari pentingnya pembahasan mengenai aset digital seperti kripto. Beberapa negara dilaporkan sedang menyusun peraturan kripto.

Kripto dan Bank Tidak Bisa Bersinergi

Kerjasama antara bank dan industri kripto masih menjadi gagasan yang diperdebatkan di sejumlah negara. Regulator seringkali mengkhawatirkan hal-hal yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap aturan anti-pencucian uang (AML), penanggulangan pembiayaan terorisme (CFT), serta perlindungan konsumen.

Di sisi lain, tingkat penipuan kripto telah turun menjadi 1% sejak tahun 2018. Potensi penipuan dalam kripto dapat ditangani dengan memperhitungkan risiko pasar, know your customer (KYC), Anti-Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Teroris (AML/TF), sanksi, kejahatan keuangan, dan penipuan.

Transparansi blockchain memungkinkan lembaga keuangan melihat semua transaksi kripto secara real-time. Selain itu, pihak bank juga dapat melihat gambaran keseluruhan dan melihat potensi risiko dari mitra bisnis.

Blockchain dapat membantu tim kepatuhan dalam membandingkan aktivitas bisnis antar perusahaan kripto. Melalui pemantauan transaksi perusahaan dan program AML yang kuat, aktivitas transaksi dapat diperiksa dengan cermat untuk memastikan kepatuhan yang tepat.

Baca juga: 9 Mitos Bitcoin yang Keliru, Pemula Wajib Baca!

Kripto Tidak Memiliki Kegunaan di Dunia Nyata

Sebagai salah satu aset digital, kripto seringkali dianggap tidak memiliki fungsionalitas di dunia nyata. Salah satu kegunaan kripto pada dunia nyata diantaranya sebagai pengiriman uang internasional.

Menurut Laporan Geografi Mata Uang Kripto 2022, pengusaha kini memanfaatkan kripto sebagai metode pembayaran internasional. Keunggulan yang membuat kripto dipilih adalah kecepatan transaksi yang tinggi dan biaya yang lebih rendah. Menurut survei PYMNTS, 46% pedagangan online menerima kripto sebagai metode pembayaran.

Selain itu, kripto juga digunakan untuk kegiatan amal, seperti membantu korban bencana. Selama perang Rusia-Ukraina, pengguna mata uang kripto menyumbangkan kripto senilai lebih dari US$56 juta untuk membantu Ukraina yang dilanda konflik.

Kripto juga sering digunakan sebagai lindung nilai karena kemampuannya mempertahankan nilai saat inflasi. Sebagai contoh, penduduk Venezuela sering mengalami hiperinflasi yang mengakibatkan depresiasi nilai mata uang nasional, yaitu bolivar. Untuk melindungi nilai kekayaan mereka, banyak penduduk Venezuela beralih ke mata uang kripto.

Nilai transaksi kripto di Venezuela pada tahun 2022 mencapai US$37,4 miliar, menjadikannya negara dengan volume transaksi kripto terbesar keenam di Amerika Latin, meskipun memiliki PDB per kapita yang rendah.

Baca juga: Performa Bitcoin di 5 Negara dengan Inflasi Tinggi

Investasi Kripto Tidak Perlu Analisis

Investasi kripto seringkali dianggap sebagai kegiatan yang dilakukan secara sampingan dan tidak serius oleh banyak orang. Namun, dalam kenyataannya, investasi kripto memerlukan pemahaman dan analisis yang mendalam, sebanding dengan pasar keuangan konvensional seperti saham atau reksadana.

Dalam dunia kripto, terdapat dua jenis analisis yang penting. Pertama, analisis fundamental digunakan untuk memahami aspek dasar suatu aset kripto, sehingga investor dapat menentukan apakah aset tersebut layak dibeli.

Kedua, analisis teknikal digunakan untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian aset kripto berdasarkan pola grafik, indikator, dan alat teknis lainnya. Tanpa menggunakan kedua jenis analisis ini, investor tidak dapat mengoptimalkan potensi keuntungan mereka.

Baca juga: Cara Investasi Cryptocurrency, Strategi, Risiko dan Manfaatnya

Blockchain Hanya Sebatas Penyimpanan

Blockchain seringkali dianggap hanya sebagai tempat penyimpanan data. Padahal, sebenarnya teknologi ini memiliki potensi yang lebih luas. Blockchain dapat digunakan sebagai sarana transaksi dan pengaturan sistem supply chain (rantai pasok).

Penggunaan blockchain dalam transaksi memiliki beberapa keuntungan, termasuk transparansi, keamanan, dan keandalan. Dalam sistem transaksi tradisional, pihak ketiga seperti bank atau lembaga keuangan berperan penting dalam memverifikasi dan menyelesaikan transaksi.

Namun, transaksi menggunakan blockchain maka transaksi diverifikasi secara terdesentralisasi oleh jaringan komputer yang terhubung, menghilangkan ketergantungan pada pihak ketiga. Hal ini mengurangi risiko kecurangan atau manipulasi transaksi.

Dalam transaksi menggunakan blockchain, verifikasi dilakukan secara terdesentralisasi oleh jaringan komputer yang terhubung. Hal ini menghilangkan ketergantungan pada pihak ketiga dan mengurangi risiko kecurangan atau manipulasi transaksi.

Blockchain juga dapat diintegrasikan dengan smart contracts. Dengan menggunakan smart contracts, pembayaran dapat diproses secara otomatis ketika produk mencapai tujuan tertentu dalam rantai pasokan, yang dapat mempercepat aliran pembayaran dan mengurangi biaya administrasi yang terkait.

Baca Juga: Memahami Konsensus dalam Blockchain

Anggita Hutami

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.