Harga Bitcoin Kembali Stabil Seiring Meredanya Aksi Jual Investor Jangka Pendek
7th August, 2025
Setelah sempat mengalami penurunan dari level tertingginya pada Juli, harga Bitcoin kini mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. Data onchain mengindikasikan bahwa tekanan jual dari investor jangka pendek mulai mereda, memberi ruang bagi pasar untuk bernafas.
Menurut laporan Glassnode pada Rabu (6/8/2025), aksi ambil untung dari investor jangka pendek (STH) mulai mereda. Volume realized profit, yakni jumlah keuntungan yang benar-benar direalisasikan investor, turun drastis dari US$2 miliar pada Desember 2024 menjadi hanya US$1 miliar sepanjang 2025.
Penurunan ini menunjukkan bahwa banyak investor jangka pendek memilih untuk menahan posisi, bukan menjual. Akibatnya, pasar berada dalam kondisi yang relatif lebih seimbang. Hanya 45% volume transaksi dari kelompok STH yang mencerminkan keuntungan, angka ini berada di bawah ambang netral historis sebesar 50%.

Baca juga: Bitcoin Turun ke US$115.000, Dipicu Aksi Ambil Untung Whale
Dari Rekor Tertinggi ke Zona Risiko Baru
Setelah mencetak all-time high (ATH) di US$123.000 pada 14 Juli, harga Bitcoin sempat terkoreksi hingga ke kisaran US$113.000. Koreksi ini menyebabkan banyak investor baru berada dalam posisi rugi, dan membentuk klaster pasokan besar dengan cost basis di atas US$116.000, menurut analisis Glassnode.
Awalnya, bagian bawah dari klaster ini sempat beberapa kali menjadi titik support, tetapi akhirnya jebol pada 31 Juli. Penurunan ini membawa harga masuk ke zona likuiditas rendah atau yang disebut “air gap”, yakni area tanpa banyak aktivitas beli-jual sebelumnya.
Secara historis, zona seperti ini sering berubah menjadi area akumulasi baru. Investor oportunistik biasanya memanfaatkan penurunan ini sebagai momen beli, menganggap harga Bitcoin sedang berada dalam posisi “diskon” dibandingkan rekor sebelumnya.
Saat ini, data CoinMarketCap menunjuukan Bitcoin diperdagangkan stabil di kisaran US$114.500 dengan kenaikan kurang dari 1% dalam 24 jam terakhir.
Baca juga: Setelah 12 Tahun, Pria Ini Menyerah Cari Hard Drive Berisi 8.000 BTC
Pasar Mulai Netral, Tapi Belum Aman
Di sisi lain, Glassnode mencatat bahwa sekitar 70% pasokan Bitcoin milik investor jangka pendek masih berada dalam posisi untung. Ini mencerminkan kondisi pasar yang masih berada dalam zona netral, belum didominasi aksi panic selling maupun euforia ambil untung besar-besaran.

Glassnode menyebut bahwa level US$116.000 kini menjadi titik krusial. Jika Bitcoin mampu menembus dan bertahan di atas level ini, yang merupakan rata-rata pembelian investor selama 30 hari terakhir, maka itu akan menjadi sinyal bahwa sisi permintaan kembali mengambil alih. Level ini bisa menjadi pijakan penting untuk memulai fase kenaikan berikutnya.
Namun, risiko tetap mengintai. Jika tidak ada pemulihan permintaan yang signifikan dalam waktu dekat, harga Bitcoin bisa tertekan lebih dalam ke kisaran US$105.000–US$107.000. Kisaran ini merupakan area rata-rata beli kelompok STH, sehingga bila ditembus, aksi jual lanjutan bisa terjadi karena investor mulai panik dan ingin menghindari kerugian lebih besar.
Tekanan psikologis ini juga terlihat dari data Checkonchain. Mereka mencatat bahwa banyak investor yang sebelumnya membeli di harga tinggi kini mulai menjual kembali di kisaran harga masuk mereka. Metrik Spent Output Profit Ratio (SOPR) untuk STH mencerminkan hal ini.
“Mereka yang beli di atas mulai menyerah. Banyak yang hanya ingin keluar di harga modal, setelah sebelumnya sempat nyangkut,” tulis Checkonchain dalam postingan di akun X.
Namun, Checkonchain menambahkan bahwa koreksi tajam dalam jangka pendek yang segera diikuti pemulihan kuat bisa menjadi sinyal positif bagi pasar.
“Kami ingin melihat penurunan cepat ke zona merah, lalu pulih ke angka hijau. Itu sinyal bahwa bull market masih hidup,” jelas mereka.
Baca juga: Whale Bertaruh Rp386 Miliar pada Bitcoin Tembus US$200.000 Akhir Tahun Ini