562 Juta Orang di Dunia Punya Kripto, Asia Mendominasi!
3rd June, 2024
Jumlah pemilik kripto di 2024 mengalami lonjakan menjadi 562 juta dari 420 juta pada tahun sebelumnya. Hal ini menandai peningkatan adopsi sebesar 33%, yang menunjukkan tumbuhnya adopsi kripto di berbagai wilayah dunia.
Menurut laporan “The State of Global Cryptocurrency Ownership in 2024” oleh Triple-A, 6,8% populasi dunia kini memiliki dan menggunakan aset kripto. Peningkatan signifikan dalam adopsi kripto ini terjadi di setiap benua, dengan wilayah tertentu menunjukkan pertumbuhan yang pesat.
Asia
Kepemilikan mata uang kripto di Asia meningkat dari 268,2 juta ke 326,8 juta, naik 21,8%. Penggunaan teknologi blockchain dalam berbagai aspek industri dan kerangka peraturan yang jelas menjadi faktor mengapa wilayah ini mendapatkan tingkat kepemilikan kripto yang tinggi.
Baca juga: Coinfest Asia 2024 Segera Hadir, Tawarkan Pengalaman Festival Web3 Terbaik
Amerika Utara
Jumlah kepemilikan di Amerika Utara melonjak 38,6% dari 52,1 juta menjadi 72,2 juta. Peningkatan ini didorong oleh investasi Institusional dan budaya kemajuan teknologi yang kuat mendukung adopsi pembayaran digital secara luas.
Baca juga: CEO Ripple Proyeksi Tiga Kripto Ini akan Jadi ETF Selanjutnya
Afrika
Wilayah ini mengalami peningkatan kepemilikan kripto yang moderat. Naik dari 40,1 juta ke 43,5 juta jiwa. Pertumbuhan kripto di wilayah ini didukung oleh kemampuan kripto yang dapat memberikan inklusi keuangan bagi masyarakat yang tidak memiliki akses ke bank tradisional dan kripto sebagai media pertukaran serta pengiriman yang lebih hemat biaya dan efisien.
Eropa
Kepemilikan kripto di Eropa tumbuh sebesar 60,3% dari 30,7 juta ke 49,2 juta. Peningkatan ini didukung oleh upaya wilayah ini untuk membentuk lanskap peraturan aset kripto yang harmonis untuk meningkatkan kepercayaan pengguna. Literasi digital yang tinggi di Eropa juga menjadi faktor pendukung atas peningkatan kepemilikan aset kripto ini.
Baca juga: Inggris Segera Terbitkan Aturan Baru Terkait Kripto dan Stablecoin
Amerika Selatan
Wilayah ini mencatat kenaikan paling tinggi sebesar 116,5% dari 25,5 juta menjadi 55,2 juta. Peningkatan ini bisa diartikan sebagai respon dari ketidakstabilan ekonomi di wilayah ini, yang membuat masyarakatnya beralih ke kripto karena dianggap sebagai tempat penyimpanan nilai di tengah fluktuasi ekonomi.
Oseania
Wilayah ini tercatat sebagai wilayah dengan kepemilikan kripto paling sedikit. Kendati demikian, jumlahnya di 2024 ini naik dua kali lipat dari 1,4 juta menjadi 3 juta.
Menurut TripleA, peningkatan eksponensial dalam kepemilikan mata uang kripto di wilayah tersebut dapat dikaitkan dengan peningkatan pendidikan tentang mata uang digital, kemajuan teknologi dalam blockchain, insentif ekonomi, peraturan yang lebih jelas, dan lain sebagainya.