Tiongkok Terbitkan Stablecoin Berbasis Yuan Pertama di Dunia
22nd September, 2025
Stablecoin berbasis yuan (CNH) resmi diluncurkan, menandai langkah penting Tiongkok dalam memanfaatkan aset digital untuk memperluas pengaruh mata uangnya di pasar global.
Stablecoin bernama AxCNH ini diperkenalkan oleh perusahaan teknologi finansial AnchorX pada Rabu (17/9/2025) dalam acara Belt and Road Summit di Hong Kong. Peluncuran tersebut mencerminkan perubahan sikap regulator Tiongkok yang kini mulai membuka ruang bagi stablecoin, khususnya untuk kebutuhan pasar internasional.
AxCNH dirancang untuk mempermudah transaksi lintas negara dengan mitra dagang di inisiatif Belt and Road, yang menghubungkan Tiongkok ke Timur Tengah, Eropa, hingga jalur maritim di kawasan lain.
Dengan memanfaatkan teknologi blockchain, AxCNH diharapkan mampu menyediakan mekanisme pembayaran yang lebih cepat, transparan, dan efisien dibandingkan sistem tradisional yang sering terkendala kontrol modal maupun keterbatasan infrastruktur.
Stablecoin ini juga diklaim overcollateralized, sepenuhnya didukung oleh simpanan fiat atau instrumen utang pemerintah yang disimpan oleh kustodian resmi. Mekanisme tersebut dianggap penting untuk menjaga stabilitas harga sekaligus membangun kepercayaan pasar internasional terhadap yuan digital versi offshore.
Baca juga: Stablecoin PYUSD PayPal Tambah Dukungan ke Delapan Blockchain Baru
Tren Stablecoin di Asia Semakin Menguat
Sehari setelah peluncuran AxCNH, perusahaan infrastruktur aset digital BDACS turut mengumumkan kehadiran stablecoin KRW1 yang dipatok pada won Korea Selatan. Sama seperti AxCNH, KRW1 juga bersifat overcollateralized, dengan jaminan berupa deposito fiat maupun surat utang negara.
Kehadiran KRW1 menambah dinamika persaingan di sektor stablecoin Asia, di mana mata uang regional kini mulai diposisikan sejajar dengan dolar AS dalam lanskap keuangan digital global. Peluncuran AxCNH dan KRW1 juga menegaskan tren baru, yakni stablecoin tidak lagi dipandang sebatas produk finansial ritel, melainkan instrumen strategis untuk memperluas pengaruh mata uang nasional di kancah internasional.
Langkah Tiongkok dan Korea Selatan ini menyoroti semakin pentingnya stablecoin secara geopolitik. Dengan menempatkan fiat di atas “rel digital” berbasis blockchain, transaksi lintas negara dapat berlangsung 24 jam penuh dengan penyelesaian hampir instan. Hal ini membuat mata uang lebih mudah diakses secara global, mendorong peningkatan permintaan, serta membantu meredam tekanan inflasi akibat pencetakan uang berlebih.
Selain itu, penerbit stablecoin besar seperti Tether dan Circle sebelumnya sudah membuktikan bagaimana model ini bisa menopang pasar utang pemerintah. Dengan membeli instrumen utang jangka pendek sebagai jaminan, stablecoin tidak hanya memperluas akses mata uang digital, tetapi juga membantu negara mengurangi beban pembayaran utang.
Baca juga: Korea Selatan Rilis Stablecoin Berbasis Won Pertama di Jaringan Avalanche