Pasar Stablecoin Berpotensi Tembus Rp67.100 di 2030

Dilla Fauziyah

26th September, 2025

Pasar stablecoin berkembang jauh lebih cepat dari perkiraan. Menurut laporan terbaru Citi, proyeksi penerbitan stablecoin pada 2030 dinaikkan menjadi US$1,9 triliun atau sekitar Rp31.800 triliun untuk skenario dasar dan US$4 triliun atau setara Rp67.100 triliun dalam skenario optimis.

Menurut laporan yang dirilis pada Kamis (25/9/2025), Citi mencatat volume penerbitan stablecoin telah melonjak dari sekitar US$200 miliar pada awal 2025 menjadi US$280 miliar. Lonjakan ini mendorong revisi proyeksi dari target sebelumnya di level US$1,6 triliun untuk skenario dasar dan US$3,7 triliun dalam skenario optimis.

Baca juga: Startup Kripto Indonesia IDRX Raih Pendanaan Tahap Awal Rp4,8 Miliar

Potensi Transaksi hingga Ratusan Triliun Dolar AS

Jika perputaran stablecoin berjalan dengan kecepatan serupa mata uang fiat, aset digital ini berpotensi menopang transaksi tahunan senilai hingga US$100 triliun pada 2030 dalam skenario dasar, bahkan bisa mencapai US$200 triliun dalam skenario optimis. Citi menyebut tren ini sebagai “momen ChatGPT” bagi blockchain, ketika perusahaan digital-native mendorong adopsi lebih luas dalam perdagangan nyata.

Meski demikian, laporan tersebut menilai stablecoin bukanlah satu-satunya pemain utama di masa depan keuangan on-chain. Token perbankan seperti deposit yang ditokenisasi diprediksi justru berpotensi mencatat volume transaksi lebih tinggi, didorong oleh permintaan korporasi terhadap perlindungan regulasi, penyelesaian transaksi real-time, dan kepatuhan yang terintegrasi.

Citi memperkirakan, meski hanya sebagian kecil sistem keuangan tradisional yang bermigrasi ke on-chain, perputaran token bank bisa melampaui US$100 triliun pada akhir dekade.

Laporan ini juga menegaskan peran berkelanjutan dolar AS sebagai mata uang dominan. Sebagian besar transaksi on-chain masih didenominasikan dalam dolar, yang pada gilirannya mendorong permintaan surat utang negara AS. Meski begitu, pusat keuangan seperti Hong Kong dan Uni Emirat Arab mulai muncul sebagai laboratorium eksperimen penggunaan aset digital.

Citi menekankan bahwa kebangkitan stablecoin bukanlah pertarungan untuk menggantikan bank, melainkan bagian dari perombakan infrastruktur keuangan global. Berbagai bentuk uang digital, mulai dari stablecoin, token perbankan, hingga CBDC, kemungkinan besar akan hidup berdampingan, masing-masing menemukan peran dan ceruknya sendiri.

Baca juga: LINE dan Kaia Siap Rilis Stablecoin Khusus Aplikasi dengan Dukungan Rupiah


Dilla Fauziyah

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.