Analis Nilai Pasar Kripto Relatif Tertib di Tengah Gejolak Tarif Trump
14th April, 2025
Global Head of Research di New York Digital Investment Group (NDYG), Greg Cipolaro, baru-baru ini berpendapat bahwa di tengah kekacauan pasar keuangna global akibat kebijakan tarif global Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang berubah-ubah, pasar aset kripto justru menunjukkan stabilitas yang relatif baik.
Dalam catatan yang dirilis pada Jumat (11/4/2025), Cipolaro menyebut bahwa pasar kripto saat ini “terpantau tetap terkendali”, menambahkan bahwa selama ini, tekanan global biasanya langsung berdampak pada kripto. Namun kali ini, gejala tersebut belum terlihat.
Salah satu indikator penting yang diamati adalah tingkat funding rate untuk perpetual futures kripto yang tetap berada di zona positif. Meskipun sempat terjadi lonjakan liquidation pada 6 dan 7 April 2025, beberapa hari setelah pengumuman tarif pertama oleh Trump pada 2 April, total nilai likuidasi hanya mencapai US$480 juta. Angka ini dinilai jauh lebih rendah dibandingkan peristiwa likuidasi besar sebelumnya.
Selain itu, harga stablecoin Tether (USDT) sempat berada sedikit di bawah US$1, tetapi tidak mengalami penurunan tajam, yang biasanya menjadi indikator tekanan sistemik.
“Secara historis, dalam pergerakan risk-off yang luas, kita cenderung melihat tekanan muncul di pasar kripto. Kami belum melihat hal itu,” kata Cipolaro.
Baca juga: CoinShares: Indikator Death Cross Bitcoin Tak Relevan, Justru Jadi Sinyal Beli
Tarif Trump Timbulkan Ketidakpastian, Tapi Bitcoin Tahan Guncangan
Trump memicu ketidakpastian pasar setelah mengumumkan kebijakan tarif menyeluruh pada 2 April lalu, yang menargetkan berbagai negara termasuk . Hanya beberapa jam setelah tarif mulai berlaku pada 5 April, pemerintah AS kembali mengubah kebijakan dan menetapkan tarif dasar 10% untuk semua negara, kecuali Tiongkok yang tetap dikenai tarif hingga 145%.
Perubahan kebijakan yang berulang ini menyebabkan kekacauan di pasar saham, obligasi, dan valuta asing. Banyak aset masih belum pulih ke level sebelum pengumuman tarif. Pada Minggu (13/4/2025) kemarin, Gedung Putih AS kembali membingungkan publik dengan menyatakan bahwa pengecualian tarif untuk produk elektronik yang diumumkan sebelumnya hanya bersifat sementara.
Meski Bitcoin (BTC) juga mengalami tekanan akibat volatilitas pasar, Cipolaro menilai performanya masih lebih baik dibandingkan banyak kelas aset lainnya. Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin cenderung stabil diperdagangkan di kisaran US$85.000, dengan penurunan sekitar 22% dari rekor tertingginya sepanjang masa di US$109.100 pada 20 Januari 2025. Namun volatilitasnya tidak melonjak setajam pasar tradisional.
Cipolaro juga mencatat bahwa semakin kecilnya selisih volatilitas antara Bitcoin dan aset tradisional membuat Bitcoin semakin menarik bagi portofolio berbasis risk parity, yaitu strategi investasi yang mendistribusikan aset berdasarkan risiko, bukan bobot nominal.
“Alokasi dana oleh risk parity fund ke Bitcoin bisa membantu menurunkan volatilitasnya, membuatnya lebih menarik, dan berpotensi menciptakan siklus positif, adopsi meningkat, stabilitas pun ikut menguat,” jelasnya.
Baca juga: Tiongkok Naikkan Tarif Impor 125% Terhadap AS, Bitcoin Tak Bereaksi