OpenAI Geser SpaceX Jadi Perusahaan Swasta Termahal di Dunia
3rd October, 2025
OpenAI, pengembang ChatGPT, kini resmi menjadi perusahaan swasta paling bernilai di dunia setelah menyelesaikan penjualan saham karyawan senilai US$6,6 miliar atau sekitar Rp109 triliun dengan valuasi mencapai US$500 miliar setara Rp8.270 triliun.
Menurut laporan Bloomberg pada Kamis (2/10/2025), transaksi sekunder ini memberi kesempatan bagi karyawan aktif maupun mantan pegawai yang telah memegang saham minimal dua tahun untuk menjual kepemilikannya kepada investor besar seperti Thrive Capital, SoftBank Group, Dragoneer Investment Group, MGX dari Abu Dhabi, dan T. Rowe Price.
Dengan capaian ini, valuasi OpenAI melampaui SpaceX yang diperkirakan bernilai sekitar US$400 miliar senilai sekitar Rp6.615 triliun.
Baca juga: Google Akuisisi Saham Miner Bitcoin Bernilai Rp50 Triliun
Lonjakan Valuasi dan Transaksi Saham
Meski OpenAI membuka peluang penjualan saham hingga lebih dari US$10 miliar, jumlah yang dilepas tidak mencapai batas tersebut. Hal ini dinilai sebagai sinyal bahwa banyak karyawan memilih mempertahankan sahamnya, mencerminkan keyakinan jangka panjang terhadap prospek perusahaan.
Valuasi US$500 miliar ini menandai kenaikan signifikan dibanding awal 2025, ketika OpenAI dihargai sekitar US$300 miliar setelah putaran pendanaan US$40 miliar yang dipimpin SoftBank. Transaksi terbaru ini juga menjadi tender offer besar kedua dalam setahun terakhir, setelah SoftBank menggelontorkan US$1,5 miliar pada November 2024.
Kemitraan Besar dan Fokus pada Infrastruktur AI
Lonjakan valuasi ini mencerminkan fenomena frenzy investasi terhadap sektor kecerdasan buatan. OpenAI, bersama Nvidia, kini menjadi motor utama pembangunan infrastruktur pusat data global yang diperkirakan menelan biaya triliunan dolar AS.
Pada September, OpenAI dan Nvidia mengumumkan kemitraan besar: OpenAI akan mengadopsi sistem Nvidia berkapasitas minimal 10 gigawatt, sementara Nvidia berkomitmen berinvestasi hingga US$100 miliar secara bertahap. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyebut langkah ini sebagai upaya membawa infrastruktur AI “keluar dari laboratorium ke dunia nyata.”
Selain itu, OpenAI juga terlibat dalam proyek Stargate bersama SoftBank dan Oracle untuk memperluas infrastruktur AI Amerika Serikat yang mendapat dukungan pemerintahan Donald Trump. Perusahaan ini juga sedang bernegosiasi dengan Microsoft untuk mengubah strukturnya menjadi perusahaan for-profit penuh, meski tetap berada di bawah kendali entitas nonprofit sebagai badan induk.
Meski terus mencatatkan prestasi, perjalanan OpenAI tidak lepas dari kontroversi. Elon Musk, salah satu pendiri OpenAI, telah beberapa kali menggugat perusahaan dengan tuduhan menyimpang dari misi nonprofit awal dan bahkan mencoba mencuri data serta rahasia dagang milik xAI.
Di sisi lain, persaingan perebutan talenta AI semakin sengit. Meta, misalnya, menawarkan paket gaji hingga sembilan digit untuk menarik peneliti OpenAI ke divisi Superintelligence Labs. Dalam situasi ini, insentif melalui penjualan saham menjadi salah satu cara OpenAI mempertahankan karyawannya.
Di bidang produk, OpenAI terus berupaya menjaga posisinya di garis depan industri. Pada Agustus lalu, perusahaan merilis GPT-5, model AI terkuat hingga saat ini, untuk bersaing dengan Google dan Anthropic yang juga tengah menggalang pendanaan besar.
Selain itu, OpenAI meluncurkan dua model AI open source yang dirancang untuk meniru cara berpikir manusia, sebagai respons terhadap tren yang dipicu DeepSeek asal Tiongkok.
Baca juga: Genius Group Bangun Genius City di Bali, Kota Pendidikan Berbasis AI dan Bitcoin