Analis Prediksi Bitcoin Berisiko Turun ke Area US$80.000 Karena Faktor Ini
15th December, 2025
Sebuah analisis terbaru mengungkapkan adanya risiko koreksi harga Bitcoin yang kembali menguat seiring tertahannya pemulihan indeks Nasdaq di Amerika Serikat. Di saat yang sama, sejumlah indikator makro mulai menunjukkan potensi peningkatan volatilitas di pasar global.
Mengutip laporan CoinDesk pada Senin (15/12/2025), Chartered Market Technician Omkar Godbole menilai pergerakan Nasdaq dan indeks volatilitas pasar obligasi AS atau MOVE Index sebagai sinyal peringatan bagi pelaku pasar Bitcoin.
Bitcoin tercatat melemah dari kisaran US$93.000 ke bawah US$89.000 sejak awal pekan ini. Koreksi tersebut terjadi meskipun indeks dolar AS melemah setelah Federal Reserve memangkas suku bunga acuannya.
Dari sisi teknikal, reli Bitcoin selama hampir tiga pekan terakhir mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Sejak menyentuh level terendah di sekitar US$80.000 pada 21 November 2025, Bitcoin bergerak naik secara bertahap dan membentuk pola higher high serta higher low dalam sebuah kanal naik jangka pendek. Namun, pergerakan tersebut masih berlangsung di dalam tren turun yang lebih besar.
Pemulihan harga sempat mendapat dukungan dari pelemahan dolar AS dan sinyal awal perbaikan momentum jangka panjang. Meski demikian, faktor-faktor tersebut gagal mendorong reli yang berkelanjutan.
Bitcoin justru terkoreksi dari area US$93.000 pada pekan lalu, turun mendekati US$88.000 pada Senin, sebelum kembali stabil di kisaran US$89.600 hingga artikel ini ditulis.

Pada penutupan mingguan, Bitcoin membentuk pola candlestick bearish dengan sumbu atas panjang dan body merah kecil. Pola ini mencerminkan penolakan kuat di area atas US$94.000 serta menandakan melemahnya tekanan beli. Dalam analisis teknikal, formasi tersebut kerap diartikan sebagai dominasi aksi jual setiap kali harga mencoba naik.
Baca juga: Michael Saylor Beri Sinyal Borong Bitcoin di Tengah Penurunan Harga ke US$88.000
Tekanan dari Nasdaq dan MOVE Index
Sinyal negatif dari Bitcoin semakin diperkuat oleh pergerakan Nasdaq. Indeks saham berbasis teknologi tersebut turun hampir 2 persen sepanjang pekan lalu dan membentuk pola bearish engulfing, yang membalikkan kenaikan pada pekan sebelumnya. Pada kerangka waktu mingguan, indikator MACD Nasdaq juga masih berada dalam fase bearish.

Kondisi ini patut dicermati mengingat korelasi positif yang kuat antara Nasdaq dan Bitcoin, terutama saat Nasdaq berada dalam tren turun. Dalam fase tersebut, tekanan pada saham teknologi kerap berdampak lebih besar pada Bitcoin, sebagaimana dicatat oleh Wintermute dalam analisis terbarunya.
Selain Nasdaq, indikator lain yang menjadi perhatian adalah MOVE Index, yang mengukur volatilitas implisit obligasi pemerintah AS tenor 30 hari. Pada pekan lalu, indeks ini membentuk pola inverted hammer setelah mengalami tren penurunan yang cukup panjang. Secara historis, pola tersebut sering dipandang sebagai sinyal awal kebangkitan volatilitas.
Kenaikan MOVE Index umumnya mencerminkan meningkatnya ketidakpastian di pasar obligasi. Kondisi ini berpotensi memperketat likuiditas global dan membatasi pergerakan aset berisiko. Dalam banyak periode sebelumnya, pergerakan Bitcoin cenderung berlawanan arah dengan MOVE Index.

Dengan mempertimbangkan seluruh faktor tersebut, Godbole menilai peluang Bitcoin untuk keluar ke bawah dari kanal naik jangka pendek lebih besar dibandingkan potensi kelanjutan reli. Skenario ini membuka kemungkinan pengujian ulang area US$80.000 dalam waktu dekat.
Sementara itu, dari sisi atas, Bitcoin perlu menembus dan bertahan di atas zona US$94.000 hingga US$95.000 untuk mengembalikan sentimen bullish jangka pendek. Namun, area resistance kuat masih berada di rentang US$96.000 hingga US$100.000, yang beririsan dengan rata-rata pergerakan 50 hari serta Ichimoku cloud.
Baca juga: Standard Chartered Pangkas Target Bitcoin Jadi US$100.000 Akhir 2025