Nilai Transaksi Kripto di Indonesia Cenderung Turun, Ini Masalahnya!

Anggita Hutami

21st July, 2023

Menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), nilai transaksi kripto mencapai Rp8,97 triliun pada Juni 2023, meningkat sebesar 9,26% dibandingkan Mei yang bernilai Rp8,21 triliun.

Kendati mengalami kenaikan di Juni 2023, total nilai transaksi periode Januari—Juni 2023 hanya bernilai Rp66,44 triliun atau turun 68,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Gambar nilai transaksi kripto di Indonesia.
Sumber: https://dataindonesia.id

Bappebti juga menyebutkan aset-aset kripto yang paling banyak ditransaksikan saat ini diantaranya adalah Tether (USDT), Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Ripple (XRP), dan Binance Coin (BNB).

Selain itu, pada Juni 2023, tercatat penambahan pelanggan aset kripto sebanyak 141,8 ribu pelanggan dengan total seluruhnya berjumlah 17,54 juta.

Baca Juga: Bappebti Resmi Dirikan Bursa Kripto Indonesia!

Pandangan Kepala Bappebti Soal Tren Investasi Kripto

Menurut Ketua Bappebti, Didid Noordiatmoko, penurunan nilai transaksi kripto disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pasar kripto global mengalami penurunan volume perdagangan yang berdampak negatif pada stabilitas harga dan efisiensi pasar.

Kedua, Didid menyoroti adanya potensi krisis likuiditas yang rendah juga ikut mempengaruhi harga aset kripto dan pasar secara keseluruhan. Ketiga, peningkatan tekanan jual juga turut menyebabkan harga aset kripto mengalami koreksi.

Selain itu, kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat terkait kenaikan suku bunga juga mempengaruhi perilaku masyarakat dalam mengelola uang.

Didid menyadari bahwa sebagian besar masyarakat yang sebelumnya bertransaksi aset digital kini beralih ke opsi tabungan karena suku bunga saat ini sedang menguntungkan.

Selain itu, masyarakat juga masih menunggu kebijakan pemerintah terkait Undang-Undang Perlindungan Konsumen Sektor Keuangan (UU P2SK), yang kemungkinan dapat mempengaruhi pasar aset kripto di masa depan.

“Namun demikian, dari sisi pemanfaatan teknologi blockchain, semakin banyak perusahaan seperti Meta, Google, dan Twitter yang mulai mengintegrasikan teknologi blockchain dalam kegiatan usahanya. Hal ini membuktikan bahwa ke depan perkembangan perdagangan fisik aset kripto masih cukup menjanjikan,” kata Didid.

Baca Juga: Transaksi Kripto di Indonesia Turun 61%, tapi Jumlah Investor Naik!

Anggita Hutami

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.