Melihat Potensi Hong Kong sebagai Pusat Web3 Asia
13th September, 2024
Hong Kong semakin memposisikan dirinya sebagai pemain kunci dalam revolusi Web3 global. Salah satu inisiatif yang paling menonjol adalah Project Ensemble milik Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA), yang mengeksplorasi penyelesaian antarbank menggunakan mata uang digital bank sentral (CBDC) dan tokenisasi aset dunia nyata.
Selain itu, negara tersebut telah menetapkan peraturan untuk exchange kripto yang beroperasi di wilayahnya. Baru-baru ini, Hong Kong bahkan mengizinkan perdagangan ETF kripto, yang menandai langkah signifikan menuju pengembangan ekosistem blockchain.
Baca juga: Hong Kong Setujui ETF Bitcoin Spot, Harga Kripto Respon Positif
Paul Li, Presiden Asosiasi Industri Fintech Hong Kong, menyambut baik kemajuan tersebut. Ia mencatat bahwa Hong Kong memiliki potensi besar untuk menjadi pusat Web3 di Asia.
“Kekuatan Hong Kong terletak pada kombinasi keuangan tradisional dan Web3. Dengan integrasi tokenisasi dan blockchain, kami berada pada posisi yang baik untuk menjadi pusat Web3 terkemuka,” ungkapnya.
Baca juga: Legislator Hong Kong Usulkan Bitcoin Jadi Cadangan Negara
Tindakan Hong Kong ini kontras dengan sikap pemerintah AS yang lebih ketat terhadap bisnis kripto. Perkembangan pesat regulasi ini pun telah menarik perhatian global, menandakan bahwa Hong Kong serius dalam membangun ekosistem Web3 yang terintegrasi dengan keuangan tradisional.
Fokus Hong Kong pada perlindungan investor dan kepatuhan juga akan menjadi kunci bagi adopsi perusahaan dan lembaga meskipun tetap dibutuhkan biaya untuk mewujudkan hal ini.
Tantangan yang Harus Dihadapi Hong Kong
Meskipun memiliki kemajuan, Hong Kong masih menghadapi tantangan yang signifikan, khususnya dalam adopsi ritel. Banyak investor ritel tidak terbiasa dengan teknologi Web3, dan bahkan pengguna kripto yang berpengalaman sering menghadapi masalah keamanan.
Paul Li mengakui bahwa meskipun kerangka regulasi menjadi lebih jelas, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membangun kepercayaan dan kesadaran publik terhadap kripto.
“Adopsi ritel membutuhkan waktu, bahkan sebagai pakar, terkadang kami kehilangan dompet, diretas, atau berinvestasi dalam proyek berisiko. Edukasi publik penting jika kita menginginkan adopsi yang lebih luas, dan ini adalah sesuatu yang perlu kita upayakan bersama,” jelas Li.
Baca juga: Biaya Lisensi Exchange Kripto Hong Kong Turun, Apa Kabar Indonesia?