Koreksi Pasar Kripto Sebabkan Likuidasi Rp16,5 Triliun dalam Sehari
15th August, 2025
Pasar aset kripto kembali bergejolak, mencatat koreksi tajam secara serentak setelah sebelumnya sempat mencetak reli besar usai Bitcoin menembus rekor tertinggi baru di US$124.000. Tekanan jual masif ini memicu gelombang likuidasi besar-besaran di pasar derivatif.
Berdasarkan data CoinGlass per Jumat (15/8/2025), total likuidasi di pasar derivatif kripto mencapai US$1,02 miliar atau setara Rp16,5 triliun. Trader dengan posisi long, yang sebelumnya bertaruh harga akan terus naik, menjadi pihak yang paling merugi dengan nilai likuidasi mencapai US$872 juta atau sekitar Rp14 triliun.

Likuidasi terjadi ketika posisi trader dengan leverage terpaksa ditutup secara otomatis akibat margin call. Fenomena ini biasanya mengindikasikan pasar berada dalam kondisi jenuh beli yang ekstrem. Meski menyakitkan bagi trader, peristiwa ini juga berperan sebagai “mekanisme reset” yang membersihkan posisi spekulatif berisiko tinggi dan berpotensi membuka jalan bagi terbentuknya tren harga baru.
Bitcoin dan Ethereum menjadi dua aset yang mencatat likuidasi terbesar dalam sehari. Untuk posisi long saja, BTC mengalami likuidasi senilai US$164 juta, sementara ETH menanggung beban lebih besar, yakni US$272 juta.
Baca juga: Bitcoin Pecah Rekor Baru, Harga Tembus US$124.000
Bitcoin dan Ethereum Mulai Lesu
Kondisi ini terjadi setelah BTC dan ETH, dua aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, terkoreksi dari puncak harga tahun ini. Bitcoin sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di US$124.457 pada 14 Agustus 2025, namun kini terkoreksi ke kisaran US$119.100.

Sementara itu, Ethereum sempat mencapai level tertinggi empat tahun di US$4.788, mendekati rekor pada November 2021, namun kini turun ke kisaran US$4.648.
Tekanan jual juga melanda aset kripto besar lainnya. XRP dan Solana (SOL) masing-masing melemah 6%, sementara Dogecoin (DOGE) dan Shiba Inu (SHIB) anjlok 9% dan 8%. Total kapitalisasi pasar saat ini pun jatuh di kisaran US$4,03 triliun.
Di sisi makroekonomi, sentimen pasar turut dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat yang mengecewakan. Laporan Indeks Harga Produsen (PPI) menunjukkan inflasi di tingkat produsen justru meningkat, dengan kenaikan 0,9% pada Juli, jauh di atas ekspektasi ekonom sebesar 0,2%. Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS ini memicu kekhawatiran bahwa tekanan inflasi masih kuat, sehingga peluang penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve menjadi semakin kecil.
Selain itu, pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang menegaskan bahwa pemerintah tidak akan segera mengalokasikan dana untuk memperbesar cadangan strategis Bitcoin menambah tekanan negatif bagi pasar. Kondisi ini membuat pelaku pasar meningkatkan sikap risk-off, memicu aksi jual besar-besaran dan mempercepat laju koreksi harga di hampir seluruh aset kripto utama.
Baca juga: 5 Alasan Harga Ethereum Berpeluang Tembus US$5.000