Komunitas Ethereum Usulkan Model Biaya Baru di App Layer
28th April, 2025
Dua anggota komunitas Ethereum, Kevin Owocki dan Devansh Mehta, baru-baru ini mengajukan sebuah proposal untuk menerapkan struktur biaya dinamis pada app layer Ethereum. Inisiatif ini bertujuan menemukan keseimbangan antara kebutuhan menghasilkan pendapatan bagi pengembang aplikasi dan prinsip keadilan dalam mekanisme pengenaan biaya.
Dalam proposal yang dirilis pada Minggu (27/4/2025), Owocki dan Mehta memperkenalkan sebuah rumus sederhana berbasis fungsi akar kuadrat. Mekanisme ini dirancang agar semakin besar pendanaan yang dialokasikan untuk sebuah proyek, persentase biaya yang dipotong akan semakin kecil secara proporsional.
“Untuk jumlah pendanaan yang kecil, struktur biaya mengikuti fungsi akar kuadrat (√(1000 x N)), sehingga memberikan pengembalian yang lebih besar secara proporsional dan membuat pengembangan mekanisme untuk pendanaan kecil menjadi tetap menarik. Misalnya, jika total dana sebesar US$170.000, maka akar dari 1000 x 170.000 adalah sekitar 13.038,4, yang setara dengan potongan biaya sekitar 7%,” tulis mereka.
Lebih lanjut, Owocki dan Mehta menambahkan bahwa begitu dana proyek melampaui US$10 juta, biaya tersebut akan dibatasi pada 1%. Dengan adanya batasan ini, pengembang aplikasi kecil tetap memiliki peluang untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (dApp) tanpa terbebani biaya berlebih, sekaligus mendorong pertumbuhan proyek dengan memberikan insentif biaya yang semakin ringan seiring skala proyek bertambah.
Baca juga: Ethereum Foundation Alih Fokus ke Scaling Layer-1
Persaingan Ketat di Tengah Penurunan Pendapatan Jaringan
Proposal ini mencerminkan meningkatnya dorongan dari komunitas Ethereum untuk mereformasi struktur biaya dan mekanisme akumulasi nilai. Hal ini dinilai penting demi menjaga daya saing ekonomi Ethereum, terutama di tengah tekanan dari jaringan-jaringan pesaing.
Faktanya, sepanjang 2024, ekosistem Solana berhasil menarik lebih banyak pengembang baru dibandingkan Ethereum, dengan mencatat 7.625 pengembang baru, sementara Ethereum hanya mencatat 6.456. Data ini menunjukkan bahwa posisi Ethereum sebagai ekosistem utama bagi para pengembang dApp mulai mendapat tantangan serius.
Sementara itu, laporan Santiment baru-baru ini menyoroti biaya transaksi di jaringan Ethereum bahkan sempat menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir pada April 2025. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya aktivitas pada lapisan dasar Ethereum, yang utamanya berasal dari melemahnya permintaan atas penggunaan smart contract, termasuk di sektor keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Akibatnya, banyak institusi yang mulai mengurangi kepemilikan Ether (ETH) atau bahkan melepas sebagian investasinya. Sentimen investor terhadap platform smart contract pertama di dunia ini kian tergerus, seiring belum munculnya katalis kuat yang mampu membalikkan tren tersebut.
Baca juga: Biaya Transaksi Ethereum Jatuh ke Level Terendah Sejak 2020