Arkham Bongkar Kasus Pencurian Bitcoin Terbesar Sepanjang Sejarah, Nilainya Tembus US$3,5 Miliar
4th August, 2025
Platform analitik blockchain Arkham Intelligence mengungkapkan bahwa mining pool asal Tiongkok, LuBian, pernah menjadi korban peretasan besar pada akhir 2020. Total 127.426 Bitcoin setara sekitar US$3,5 miliar atau Rp56,5 triliun pada saat itu berhasil dicuri dari jaringan LuBian, menjadikannya sebagai insiden peretasan aset kripto terbesar dalam sejarah.
Dalam utas di X pada Sabtu (2/8/2025), Arkham menyebutkan bahwa peretasan terjadi pada 28 Desember 2020, ketika LuBian tengah menempati posisi sebagai mining pool Bitcoin terbesar keenam di dunia, menguasai hampir 6% dari total hash rate jaringan BTC.
Sang peretas disebut berhasil menguras lebih dari 90% saldo Bitcoin milik LuBian sebelum tim pengelola memindahkan sisa 11.886 BTC ke wallet pemulihan pada 31 Desember 2020. Dua hari setelah kejadian utama, insiden lain terjadi, sekitar US$6 juta dalam bentuk BTC dan USDT dilaporkan hilang dari wallet yang terhubung dengan LuBian di jaringan Bitcoin Omni Layer.
Menariknya, hingga kini tidak ada pernyataan publik dari pihak LuBian maupun pelaku peretasan. Arkham mengklaim sebagai pihak pertama yang mengungkapkan peristiwa ini ke publik.
Baca juga: Analis Soroti Level Support Ini Jadi Penentu Arah Bitcoin di Agustus!
Celah Keamanan Berasal dari Algoritma Private Key
Berdasarkan investigasi mendalam, Arkham menyimpulkan bahwa akar dari peretasan ini terletak pada algoritma pembuat private key yang digunakan LuBian. Algoritma tersebut dinilai rentan terhadap brute-force attack, metode peretasan yang memungkinkan pelaku menebak kombinasi kunci secara masif hingga berhasil menembus sistem keamanan.
LuBian juga tercatat mengirim 1.516 pesan OP_RETURN ke sejumlah alamat wallet yang diyakini milik sang peretas. Pengiriman pesan publik ini menghabiskan biaya sekitar 1,4 BTC dan diduga menjadi upaya untuk melacak atau memperingatkan pelaku.
“Peretasan LuBian adalah yang terbesar sepanjang sejarah, dengan aset senilai US$3,5 miliar saat kejadian,” tulis Arkham. “Kini, nilai Bitcoin curian itu telah naik menjadi US$14,5 miliar (sekitar Rp234 triliun), menjadikan peretas LuBian sebagai pemegang BTC terbesar ke-13 versi Arkham, bahkan melampaui pelaku peretasan Mt. Gox.”
Hingga kini, baik pihak LuBian maupun pelaku peretasan masih tercatat memiliki saldo Bitcoin mereka masing-masing. Arkham telah merilis wallet tracker untuk kedua pihak, namun identitas di balik insiden ini masih belum diketahui publik.
Baca juga: Total Kerugian Hack Kripto Tembus Rp2,3 Triliun pada Juli 2025
LuBian Melampaui Kasus Pencurian Kripto Lainnya
Dengan nilai kerugian sebesar itu, peretasan terhadap LuBian resmi melampaui berbagai kasus besar lain dalam sejarah industri aset digital. Sebelumnya, insiden peretasan terhadap exchange kripto Bybit pada Februari 2025 sempat menjadi yang terbesar, dengan total kerugian mencapai US$1,5 miliar. Serangan tersebut ditelusuri berasal dari perangkat pengembang SafeWallet yang disusupi malware, memungkinkan peretas mengakses sistem melalui token AWS tanpa terdeteksi.
Di sektor decentralized finance (DeFi), Ronin Network, sidechain Ethereum yang dibangun untuk game Axie Infinity, juga pernah mengalami peretasan besar pada Maret 2022, dengan total kerugian senilai US$624 juta. Sementara peretasan terhadap Poly Network pada Agustus 2021 telah memakan kerugian US$610 juta dalam bentuk kripto.