Harga Bitcoin Rebound ke US$62.000, Pulih dari Crypto Black Monday
9th August, 2024
Harga Bitcoin (BTC) telah kembali mencapai level US$62.000 setelah mengalami penjualan besar-besaran pada awal pekan ini.
Baca juga: Harga Bitcoin Ambles ke US$54 Ribu, Ini Penyebabnya!
Pada Jumat (9/8/2024) pagi, harga BTC mengalami lonjakan yang membawa nilainya mencapai puncak di US$62.500, sebelum mengalami sedikit koreksi. Hingga artikel ini ditulis, harga Bitcoin masih diperdagangkan di kisaran US$61.300 dengan kenaikan sekitar 7% dalam 24 jam terakhir, menurut data dari CoinMarketCap.
Kenaikan ini tidak hanya membawa harapan bagi para investor Bitcoin, tetapi juga berdampak positif pada sejumlah aset kripto utama lainnya. Misalnya, Ether melonjak hingga 8% dan kini berada di kisaran US$2.670, sementara BNB dan Solana masing-masing naik sebesar 4% dan 3%.
Di antara altcoin lainnya, beberapa aset yang mencatatkan kenaikan tertinggi termasuk AVAX (+7%), LINK (+6%), PEPE (+10%), dan NEAR (+11%).
Tekanan untuk Trader Short
Kondisi pasar saat ini menimbulkan tekanan besar bagi para trader di pasar derivatif kripto yang mempertaruhkan posisi short, dengan sebanyak US$159 juta atau sekitar Rp2,5 triliun telah dilikuidasi dari total likuidasi yang mencapai US$221 juta atau setara Rp3,5 triliun, menurut data CoinGlass.
Kenaikan ini terjadi sehari setelah Morgan Stanley, manajer kekayaan terbesar di Amerika Serikat, mengizinkan 15.000 penasihat keuangannya untuk merekomendasikan produk ETF Bitcoin kepada klien mereka, seperti yang dikutip dari Cointelegraph.
Dua produk yang direkomendasikan oleh Morgan Stanley termasuk iShares Bitcoin Trust (IBIT) dari BlackRock dan Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC) dari Fidelity.
Baca juga: BlackRock dan Nasdaq Ajukan Trading Opsi untuk ETF Ether Spot
Bitcoin Bertahan Setelah Crypto Black Monday
Kenaikan saat ini mengisyaratkan bahwa Bitcoin dan aset kripto lainnya tampaknya telah berhasil melewati masa sulit yang dikenal sebagai Crypto Black Monday, sebuah istilah dari komunitas kripto untuk menggambarkan penurunan tajam pada perdagangan Senin, 5 Agustus.
Pada hari itu, harga Bitcoin merosot dari level awalnya di US$65.000 hingga menyentuh US$49.751, titik terendah yang terakhir kali terlihat pada Februari 2024. Penurunan ini juga berdampak pada aset kripto lainnya, seperti Ethereum yang turun hingga 23% ke US$2.100. Adapun total likuidasi pada saat itu mencapai US$1,03 miliar, dengan mayoritas trader yang memegang posisi long mengalami kerugian besar.
Baca juga: Volatilitas Bitcoin Naik ke Level Tertinggi Sejak Keruntuhan FTX
Saat ini, beberapa trader berpendapat bahwa pemulihan harga yang relatif cepat ini mungkin merupakan bear trap, di mana trader berpengalaman menjual Bitcoin untuk sementara waktu menurunkan harga aset dan menjebak short-seller.
Sementara itu, analis dari JPMorgan mengemukakan bahwa faktor-faktor positif yang mendorong kenaikan harga Bitcoin dan pasar kripto secara umum telah diperhitungkan dalam harga saat ini.
Ini termasuk dari dukungan Morgan Stanley terhadap ETF Bitcoin, dukungan dari partai politik di AS terhadap regulasi yang menguntungkan kripto, hingga upaya pengembalian dana kreditor Mt. Gox.
“Melihat adanya risiko yang terbatas di pasar futures Bitcoin di CME dan kondisi pasar ekuitas yang masih rentan, kami tetap berhati-hati terhadap pasar kripto meskipun terjadi koreksi baru-baru ini,” ujar tim analis JPMorgan, seperti yang dikutip dari CoinDesk.
Baca juga: IMF Jajaki Risiko Terkait Bitcoin dengan El Salvador