3 Faktor Pemicu Turunnya Bitcoin ke US$116.000
15th July, 2025
Bitcoin (BTC), aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia, mengalami koreksi tajam di kisaran US$116.000 setelah sempat menyentuh rekor tertingginya sepanjang masa di kisaran US$123.000 pada 14 Juli 2025.
Mengutip data CoinMarketCap per Selasa (15/7/2025), harga Bitcoin sempat turun dari US$122.600 ke titik terendah harian di US$116.300, menandai penurunan lebih dari 4% dalam 24 jam terakhir. Meski kini mencatat pemulihan tipis di bawah US$117.000, kapitalisasi pasar BTC telah terkoreksi dari US$2,4 triliun menjadi US$2,32 triliun.

Baca juga: Bitcoin Pecah Rekor Baru, Lampaui Level US$121.000
Aksi Jual dari Investor Lama dan Whale
Koreksi harga ini utamanya dipicu oleh aksi ambil untung setelah reli panjang selama akhir pekan. Menurut data on-chain dari Glassnode, total keuntungan yang direalisasikan investor dalam 24 jam terakhir mencapai US$3,5 miliar atau sekitar Rp56,9 triliun.
Sebagian besar keuntungan tersebut, yang mewakili sekitar 56%, berasal dari investor jangka panjang, yakni mereka yang telah memegang Bitcoin selama lebih dari 155 hari. Data ini mengindikasikan bahwa para long-term holder memanfaatkan momentum harga tertinggi untuk merealisasikan profit.

Tekanan jual makin kuat setelah sebuah wallet era awal Bitcoin yang menyimpan sekitar 80.009 BTC kini kembali aktif. Pada 14 dan 15 Juli, wallet ini mentransfer hampir 17.000 BTC senilai sekitar US$2 miliar atau Rp32,5 triliun, dengan 2.000 BTC di antaranya dikirim ke exchange seperti Binance dan Bybit melalui Galaxy Digital.
Baca juga: Whale Era Satoshi Transfer 16.843 Bitcoin ke Galaxy Digital, Nilai Tembus Rp32,5 Triliun
Faktor Makroekonomi
Sementara itu, aksi jual ini juga terjadi bertepatan dengan dimulainya Crypto Week di Amerika Serikat dan menjelang rilis sejumlah data ekonomi penting seperti Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI).
Dalam kurun waktu 24 jam terakhir, pasar kripto telah mencatat likuidasi posisi long senilai hampir US$389 juta dari total likuidasi mencapai US$467 juta menurut data CoinGlass. Angka ini menunjukkan banyak trader yang gagal mengantisipasi pembalikan arah dan akhirnya terpaksa keluar dari posisi mereka.
Baca juga: Likuidasi Short Capai Rp9,6 Triliun Saat Bitcoin Cetak Rekor Baru
Indikator Jenuh Beli Mulai Muncul
Secara teknikal, Bitcoin telah memasuki zona jenuh beli atau overbought setelah reli panjang beberapa hari terakhir. Meski indikator MACD masih menunjukkan sinyal bullish melalui crossover, momentum harga mulai melambat, memberi sinyal kemungkinan koreksi lanjutan dalam waktu dekat.

Sementara itu, laporan Santiment baru-baru ini juga mengungkap bahwa spekulasi seputar potensi penurunan harga Bitcoin mulai meningkat. Banyak investor tampaknya memilih menunggu harga turun lebih dalam untuk kembali masuk, sementara sebagian lainnya mulai mengalami kelelahan dan ketidakpastian, yang turut mendorong gelombang aksi jual saat ini.
Baca juga: Bitcoin Diprediksi Tembus US$135.000 Sebelum Alami Koreksi