Changpeng Zhao Dorong DEX Dark Pool demi Cegah Manipulasi Pasar

Dilla Fauziyah

3rd June, 2025

Changpeng “CZ” Zhao, Co-Founder dan mantan CEO Binance, mengusulkan ide cukup radikal dalam lanskap perdagangan aset kripto, dengan membangun exchange terdesentralisasi (DEX) untuk perpetual swap dengan sistem dark pool. Dalam skema ini, informasi order disembunyikan dari publik demi mencegah manipulasi pasar dan melindungi strategi trader besar.

“Saya selalu bingung dengan fakta bahwa semua orang dapat melihat pesanan Anda secara real-time di DEX. Masalahnya lebih buruk pada DEX pelaku di mana ada likuidasi,” menurut postingan di X pada Senin (2/6/2025).

Ia mencontohkan, jika seorang trader ingin membeli aset senilai US$1 miliar, tentu tak ingin order tersebut terlihat hingga transaksi selesai. Pasalnya, visibilitas ini membuka celah untuk praktik front-running dan serangan maximum extractable value (MEV), yang bisa menyebabkan harga jadi lebih mahal dan biaya transaksi melonjak.

Baca juga: Changpeng Zhao Ramal Arah Harga Bitcoin di Siklus Pasar Saat Ini

Privasi Jadi Kebutuhan Utama di Pasar Derivatif

Sebagai informasi, dark pool adalah tempat perdagangan privat di mana order besar tidak terlihat publik hingga transaksi tereksekusi. Skema ini kerap digunakan institusi besar untuk menghindari tekanan pasar akibat eksposur order yang terlalu transparan.

Trader besar di TradFi sering menggunakan dark pool, bahkan 10 kali lebih besar dibandingkan pool transparan,” jelas Zhao.

Sistem ini memberikan perlindungan terhadap front-running, slippage, dan MEV dengan menyembunyikan ukuran, harga, dan tujuan order. Namun, menerapkan sistem seperti ini dalam DEX memerlukan teknologi tingkat lanjut seperti zero-knowledge proofs (ZK-proof) atau mekanisme penyelesaian transaksi tertunda.

Menurut Zhao, kebutuhan privasi makin mendesak di pasar derivatif. Ketika titik likuidasi seorang trader dapat dilihat publik, hal itu membuka peluang bagi pihak lain untuk secara sengaja mendorong pasar ke arah yang bisa memicu likuidasi.

“Kalau orang lain tahu titik likuidasimu, mereka bisa kerja sama untuk menjatuhkanmu,” jelasnya. “Bahkan kalau kamu punya dana miliaran dolar AS, kamu tetap bisa jadi target.”

Meski begitu, Zhao juga mengakui adanya argumen tandingan. Transparansi kadang membantu market maker untuk menyerap order besar secara lebih efisien. Namun menurutnya, preferensi tiap trader berbeda dan keduanya sah untuk dikembangkan.

Usulan ini muncul tak lama setelah insiden besar di platform Hyperliquid. Seorang trader bernama James Wynn mengalami likuidasi posisi long Bitcoin senilai hampir US$100 juta, usai harga BTC anjlok di bawah US$105.000. Insiden ini memicu dugaan bahwa sejumlah pengguna berkoordinasi untuk “mengincar” titik likuidasi Wynn.

Baca juga: Trader Hyperliquid Ini Rugi Rp1,6 Triliun Usai Bitcoin Anjlok di Bawah US$105.000

Dilla Fauziyah

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.