Bitcoin Anjlok ke US$101.000 Jelang Voting Akhir Shutdown AS

Dilla Fauziyah

13th November, 2025

Harga Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia, mengalami penurunan signifikan di bawah US$101.000 di saat pasar saham Amerika Serikat dan komoditas emas justru melonjak. Pergerakan ini menunjukkan perubahan sentimen investor yang mulai kembali masuk ke aset tradisional menjelang voting penting di Amerika Serikat terkait penghentian goverment shutdown yang berlangsung lama.

Menurut data CoinGecko pada Kamis (13/11/2025), Bitcoin merosot dari level tertinggi harian di US$105.300 menuju harga terendah dalam sepekan di US$101.000. Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin mengalami rebound di kiaran US$102.034.

Grafik BTC/USD harian. Sumber: CoinGecko

ini diikuti dengan volume transaksi harian yang turun ke US$66,8 miliar, dengan kapitalsisasi pasar di US$2,03 triliun.

Aset kripto lainnya termasuk Ethereum (ETH) turun ke US$3.438, BNB (BNB) dan Solana (SOL) masing-masing turun lebih dari 1%. kapitalisasi pasar kripto saat ini turun hingga 1% ke US$3,4 triliun.

Baca juga: Bitcoin Merosot ke US$103.000, Dipicu Dua Faktor Ini

Rotasi Modal ke Aset Lindung Nilai

Sementara Bitcoin tertekan, indeks saham utama AS justru mencatat penguatan signifikan. Dow Jones Industrial Average naik 0,9% didorong kinerja positif Goldman Sachs, JPMorgan Chase, dan American Express. S&P 500 turut menguat tipis 0,1%, sedangkan Nasdaq Composite melemah 0,3%.

Aset lindung nilai seperti emas dan perak juga mencatat lonjakan. Harga emas naik ke sekitar US$4.180 dan perak menembus US$53 seiring meningkatnya permintaan aset aman dan harapan bahwa publikasi data ekonomi akan kembali normal setelah shutdown berakhir.

Kombinasi penguatan saham dan komoditas safe haven ini membuat investor lebih memilih aset yang sensitif terhadap kebijakan ekonomi dan arus kredit, sehingga menggeser alokasi dari aset berisiko seperti kripto.

Di sisi lain, penurunan Bitcoin juga dipengaruhi aksi ambil untung setelah reli singkat pada awal minggu serta aliran modal institusional yang cenderung lebih kecil dibanding aset tradisional jelang voting.

Menjelang keputusan akhir terkait penghentian government shutdown, investor tampak mengutamakan instrumen yang memiliki kaitan langsung dengan dinamika kebijakan fiskal dan moneter. Pergeseran sentimen ini meninggalkan Bitcoin di luar rotasi utama pasar yang tengah fokus pada aset bertema kebijakan dan stabilitas.

Meski harga saat ini melemah, sejumlah indikator menunjukkan potensi pemulihan volatilitas yang dapat menguntungkan Bitcoin dalam waktu dekat.

Produk ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat mencatat arus masuk bersih mencapai US$524 juta pada 11 November, angka harian terbesar sejak 7 Oktober. Peningkatan ini menandakan mulai pulihnya selera risiko setelah gejolak besar di awal Oktober.

Jika Federal Reserve menyampaikan sinyal kebijakan yang lebih dovish pada pertemuan beberapa pekan mendatang, minat terhadap aset berisiko termasuk kripto dapat kembali menguat.

Stabilitas volatilitas di pasar saham setelah berakhirnya shutdown juga berpotensi membuka jalan baru bagi institusi untuk kembali melakukan diversifikasi ke Bitcoin.

Baca juga: Tiongkok Tuduh AS Terlibat Pencurian Bitcoin Bernilai Rp217 Triliun

Dilla Fauziyah

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.