Bitcoin Merosot ke US$103.000, Dipicu Dua Faktor Ini
12th November, 2025
Pasar kripto kembali berada di bawah tekanan pada pertengahan pekan, dengan harga Bitcoin (BTC) yang turun ke sekitar US$103.000 setelah sempat menguat ke atas US$106.000 pada awal pekan.
Menurut data CoinGecko pada Rabu (12/11/2025) siang, Bitcoin tercatat melemah 2% dalam 24 jam terakhir, turun dari kisaran US$105.000 ke level terendah harian di US$102.400, sebelum rebound ke sekitar US$103.500 saat artikel ini ditulis.

Volume perdagangan harian juga menurun 15% menjadi US$60,3 miliar, sementara kapitalisasi pasar keseluruhan turun ke US$2,06 triliun.
Sebelumnya, harga Bitcoin sempat jatuh di bawah level psikologis US$103.000 pada Selasa malam, melanjutkan koreksi dari area US$106.600 yang sempat dicapai pada Senin.
Meskipun sempat pulih dari posisi terendah di US$101.500, tekanan jual kembali meningkat karena aksi ambil untung di kalangan investor.
Selain Bitcoin, sejumlah altcoin utama juga turut terkoreksi. Ethereum (ETH) turun hampir 4% ke US$3.440, sementara XRP (XRP), BNB (BNB), dan Solana (SOL) masing-masing melemah di kisaran 3%–5% dalam periode yang sama.
Secara total, kapitalisasi pasar kripto global turun sekitar 2% menjadi US$3,47 triliun.
Baca juga: Tiongkok Tuduh AS Terlibat Pencurian Bitcoin Bernilai Rp217 Triliun
Aksi Ambil Untung Investor
Dikutip dari The Block, Chief Investment Officer Kronos Research, Vincent Liu, menjelaskan bahwa penurunan tajam Bitcoin didorong oleh aksi ambil untung besar-besaran dan likuidasi posisi long setelah harga gagal menembus level resistensi di US$107.000.
“Penurunan Bitcoin dipicu oleh profit-taking dan likuidasi posisi leverage setelah gagal menembus area resistensi penting,” kata Liu.
Ia menambahkan bahwa kenaikan singkat sebelumnya lebih disebabkan oleh sentimen positif setelah Senat AS meloloskan RUU pembukaan kembali pemerintahan federal, yang sebelumnya mengalami government shutdown terpanjang dalam sejarah.
Namun, Liu menilai dorongan makroekonomi tersebut tidak cukup kuat untuk menopang pasar.
“Relief rally secara makro memudar dengan cepat,” ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa level US$100.000 kini menjadi area psikologis penting. “Jika harga menembus level itu, volatilitas bisa meningkat tajam akibat potensi likuidasi tambahan.”
Baca juga: Strategy Tambah Koleksi Bitcoin, Nilai Investasi Tembus Rp1.140 T
Ketidakpastian Pemangkasan Suku Bunga AS
Sementara itu, fokus pasar kini tertuju pada potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada Desember mendatang. Langkah tersebut sebelumnya menjadi katalis positif bagi aset berisiko seperti kripto.
Namun, optimisme itu mulai memudar setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, menyebut bahwa keputusan tersebut belum final.
The Wall Street Journal juga melaporkan bahwa pejabat The Fed kini semakin terbelah terkait rencana pemangkasan suku bunga akhir tahun ini, sehingga menambah ketidakpastian di pasar.
Berdasarkan data CME Group FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan 9–10 Desember saat ini berada di kisaran 66,9%.
Analis dari Presto Research, Min Jung, menilai bahwa meski pemangkasan suku bunga dikonfirmasi, dampaknya terhadap harga kripto kemungkinan terbatas.
“Pemangkasan suku bunga dapat meningkatkan selera risiko dan mendorong BTC menuju level tertinggi baru, tetapi sebagian besar optimisme tersebut sudah tercermin dalam harga saat ini,” ujarnya.
Baca juga: Bitcoin Pulih ke US$106.000, Didukung Harapan Berakhirnya Shutdown AS