AS Terbitkan Obligasi Senilai US$170 Miliar, Harga Bitcoin Diprediksi Turun
5th June, 2023
Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (DPR AS) meloloskan rancangan undang-undang (RUU) untuk menangguhkan plafon utang senilai US$31,4 triliun pada 31 Mei. RUU ini kemudian disetujui pada 3 Juni 2023 oleh Presiden AS, Joe Biden, untuk menjadi undang-undang.
Kesepakatan terbaru soal plafon utang ini akan berlaku sampai Januari 2025. Dengan ini, maka Kementerian Keuangan AS akan menerbitkan obligasi dalam jumlah besar untuk mengisi kas negara.
I just signed into law a bipartisan budget agreement that prevents a first-ever default while reducing the deficit, safeguarding Social Security, Medicare, and Medicaid, and fulfilling our scared obligation to our veterans.
— President Biden (@POTUS) June 3, 2023
Now, we continue the work of building the strongest… pic.twitter.com/42HIFBy8Y9
Penerbitan Obligasi Baru
Kementerian Keuangan AS akan menerbitkan obligasi atau treasury bills AS yang nilainya diperkirakan mencapai US$1 triliun pada akhir kuartal ketiga. Penerbitan obligasi awal akan dimulai di angka US$170 miliar pada 5 Juni.
Dilansir dari Yahoo Finance, menurut analis JPMorgan Chase & Co, Nikolaos Panigirtzoglou memprediksi bahwa penjualan obligasi besar-besaran akan mengurangi likuiditas keuangan Amerika Serikat.
Hal ini disebabkan, beberapa bank kemungkinan akan menggunakan dana deposito untuk membeli obligasi. Nikolaos memperkirakan bahwa ukuran likuiditas secara keseluruhan akan turun sebesar US$1,1 triliun dari sekitar US$25 triliun pada awal tahun 2023.
Selain keputusan tersebut, kebijakan quantitative tightening yang diterapkan pemerintah AS sejak Maret 2022 diduga menjadi faktor pendukung potensi penurunan likuiditas di pasar keuangan
Quantitative tightening adalah salah satu kebijakan moneter yang diambil bank sentral untuk memperketat jumlah uang beredar di masyarakat. Kebijakan ini mencakup peningkatan suku bunga dengan tujuan mengendalikan inflasi.
Akibatnya, dana cadangan bank akan berkurang yang mengakibatkan penurunan likuiditas karena jumlah dana untuk investasi atau pembiayaan menjadi terbatas. Nikolaos juga memperkirakan bahwa kinerja gabungan saham dan obligasi dapat turun sekitar 5% pada tahun 2023.
Baca Juga: Polemik Debt Ceiling AS dan Pengaruhnya Terhadap Bitcoin
Pengaruhnya Terhadap Bitcoin
Analis eToro, Josh Gilbert juga memiliki pendapat yang sama dengan analis JPMorgan. Ia menekankan krisis likuiditas pasar juga akan berdampak pada penurunan harga Bitcoin. Namun, ia tetap optimis bahwa Bitcoin tak akan turun drastis asalkan bank sentral AS tidak menaikkan suku bunga pada Juni mendatang.
Setidaknya ada dua hal yang menjadi pertimbangan bank sentral AS untuk menentukan kebijakan suku bunga, yaitu tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Jika tingkat inflasi tinggi dan tingkat pengangguran rendah dengan pasar tenaga kerja yang ketat, bank sentral kemungkinan besar akan meningkatkan suku bunga guna mencegah tekanan inflasi yang mungkin muncul akibat lonjakan upah.
Menurut Trading Economics, tingkat inflasi AS dilaporkan terus melandai dan diperkirakan tetap stabil di angka 5% pada April 2023. Selain itu, tingkat pengangguran di Amerika Serikat juga dilaporkan berkurang tipis menjadi 3,4 persen pada April 2023, menyamai level terendah 50 tahun sebesar 3,4 persen yang terlihat pada Januari.
Baca Juga: Harga Bitcoin Turun Setelah Laporan Ketenagakerjaan AS Dirilis!