Analis Soroti Level Support Ini Jadi Penentu Arah Bitcoin di Agustus!
4th August, 2025
Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia, mengawali bulan Agustus dengan performa yang kurang menggembirakan. Harga BTC terpantau turun lebih dari 4% dalam sepekan terakhir dan saat ini masih bertahan di bawah level US$115.000. Koreksi ini kembali menegaskan reputasi Agustus sebagai bulan yang cenderung bearish dalam sejarah pergerakan harga Bitcoin.
Berdasarkan data CoinMarketCap, harga Bitcoin mengalami penurunan dari sekitar US$118.700 pada 1 Agustus menjadi US$114.500 pada 4 Agustus. Dalam periode yang sama, kapitalisasi pasar kripto juga menurun dari US$2,35 triliun menjadi US$2,27 triliun.

Baca juga: Bitcoin Turun ke US$115.000, Dipicu Aksi Ambil Untung Whale
Tekanan dari Makro dan Sentimen Pasar
Market Analyst di IG Markets, Tony Sycamore, menyebut bahwa penurunan ini masih tergolong wajar secara teknikal. Ia menjelaskan bahwa Bitcoin saat ini sedang menguji support penting di kisaran US$112.000, yang sebelumnya merupakan rekor harga sebelum menembus all-time high pada Juli lalu.
“Penurunan akhir pekan kemarin menguji dan menahan support dari rekor harga sebelumnya di US$112.000, yang secara teknikal juga merupakan target pullback yang masuk akal,” ujar Sycamore, seperti yang dikutip dari Cointelegraph.
Namun, ia mengingatkan bahwa arah pergerakan selanjutnya masih sangat bergantung pada sentimen risiko global, termasuk dampak dari laporan ketenagakerjaan AS yang mengecewakan dan perkembangan baru terkait kebijakan tarif impor global.
Baca juga: Metaplanet Rajin Beli Bitcoin, Total Simpanan Tembus 17.595 BTC
Area Kritis Harga Bitcoin
Sycamore menilai bahwa Bitcoin perlu mempertahankan harga di atas zona support US$110.000–US$112.000 untuk menjaga peluang retest terhadap all-time high. Namun, terdapat hambatan teknikal signifikan di sekitar US$125.000 sebagai resistance bulanan.
“Jika sentimen risiko membaik dan harga bertahan di atas US$112.000, peluang untuk kembali ke puncak terbuka. Namun, saya belum melihat ada katalis kuat untuk menembus resistance tersebut saat ini,” jelasnya.
Sebaliknya, jika tekanan makroekonomi terus memburuk dan minat terhadap aset berisiko melemah, koreksi harga bisa berlanjut. Sycamore memperkirakan skenario terburuk bisa membawa harga turun ke rata-rata pergerakan 200 hari di kisaran US$99.355.
Di sisi lain, trader kripto Daan Crypto Trades turut memberikan analisis teknikal yang memperkuat pandangan bearish jangka pendek. Ia mencatat bahwa liquidity cluster besar di bawah US$115.000 sudah terserap dalam beberapa pekan terakhir, menandakan area tersebut merupakan titik akumulasi penting.

“Level US$115.000 adalah batas bawah dari range yang terbentuk baru-baru ini. Setelah likuiditas di bawahnya tersentuh, hampir tidak ada hambatan teknikal hingga ke area US$120.000, di mana terdapat konsentrasi likuiditas yang sangat tinggi,” tulis Daan dalam postingan di X.
Jika harga mampu menembus dan bertahan di atas US$115.000, ia menilai pergerakan menuju US$120.000 dapat terjadi dengan cepat. Namun, selama belum ada breakout yang meyakinkan, tren jangka pendek Bitcoin tetap bearish. Support utama tetap berada di kisaran US$110.000–US$112.000, dan penembusan ke bawah level ini bisa memicu tekanan jual yang lebih dalam.
Daan juga menambahkan bahwa Bitcoin secara historis cenderung membentuk level tertinggi atau terendah bulanannya di minggu pertama. Saat ini, level tertinggi Agustus baru menyentuh US$116.000, dengan range volatilitas hanya sekitar 3,6%.
“Dalam empat tahun terakhir, volatilitas bulanan Bitcoin biasanya mencapai minimal 10%. Jika sejarah berulang, kita masih bisa melihat pergerakan besar bulan ini, meskipun arahnya belum pasti,” ujarnya.

Menurut Daan, tren naik cenderung diawali oleh koreksi awal bulan sebelum harga naik lebih tinggi, sedangkan dalam tren turun, harga biasanya mencetak puncak lebih dulu sebelum melanjutkan pelemahan. Pola ini masih mungkin terjadi di Agustus 2025.
Baca juga: Patung Satoshi Nakamoto yang Hilang di Swiss Ditemukan dalam Kondisi Rusak
Dua Bulan ke Depan Jadi Periode Paling Menantang
Data CoinGlass mencatat bahwa sejak 2013, Bitcoin mengalami penurunan pada delapan dari dua belas bulan Agustus terakhir. Pada Agustus 2024 lalu, misalnya, harga BTC turun 8,6% menjadi sekitar US$59.000. Bahkan, pada Agustus 2023 dan 2022, penurunan masing-masing mencapai 11,29% dan 13,88%, jatuh hingga US$27.300 dan US$19.800.

Jika pola ini kembali terjadi di 2025, harga Bitcoin berpotensi terkoreksi ke sekitar US$105.000.
Dengan 2025 dianggap sebagai tahun bull market dalam siklus empat tahunan Bitcoin, masih ada peluang bahwa koreksi bulan ini tidak akan sedalam rata-rata historis, meskipun sinyal yang ada belum sepenuhnya menguatkan.
Sayangnya, bulan September juga bukan bulan yang bersahabat bagi Bitcoin. Dalam 12 tahun terakhir, delapan bulan September berakhir dengan penurunan harga. Artinya, tekanan pasar belum tentu mereda setelah Agustus.
Dengan demikian, investor dan trader perlu lebih waspada dalam beberapa minggu ke depan. Kombinasi antara tekanan makro, pola musiman, dan level teknikal kritis bisa menentukan apakah Bitcoin akan kembali menguji rekor harga, atau justru mengarah ke koreksi lebih dalam.
Baca juga: Whale Bertaruh Rp386 Miliar pada Bitcoin Tembus US$200.000 Akhir Tahun Ini