Intip Dampak DeepSeek Terhadap Aset Kripto
3rd February, 2025
Kemunculan DeepSeek, model kecerdasan buatan (AI) open-source Tiongkok yang dijuluki investor Marc Andreessen sebagai “momen Sputnik-nya AI”, membawa petaka bagi Bitcoin dan kripto.
DeepSeek mengklaim mampu mengembangkan model AI-nya dengan anggaran di bawah US$6 juta atau sekitar Rp98,5 miliar dengan menggunakan perangkat keras yang tidak terlalu canggih dari produsen semikonduktor Nvidia.
Koin-koin dengan kapitalisasi besar seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) mengalami penurunan masing-masing sebesar 6% dan 7%, sementara beberapa altcoin mengalami penurunan hingga dua digit.
Tidak hanya di kripto, saham-saham perusahaan teknologi Amerika Serikat ikut terpukul. Semua saham dari perusahaan-perusahaan yang dijuluki “Magnificent Seven”, yaitu Apple, Nvidia, Tesla, Microsoft, Amazon, Meta, dan Alphabet (Google) mengalami kerugian. Nvidia memecahkan rekor Wall Street dan turun hampir 17% pada hari itu.
Baca juga: Bitcoin Bangkit ke US$102.000 Usai Kepanikan DeepSeek AI Mereda
Kenapa Kripto Ikut Terdampak?
Menurut pendiri exchange terdesentralisasi (DEX) SMARDEX, Jean Rausis kepada MarketWatch, alasan utama di balik ini semua adalah karena kemunculan DeepSeek mengejutkan pasar, mendorong investor kripto ketakutan sehingga aksi jual terjadi. Pada akhirnya, kripto memang hanya menjadi korban dari sentimen pasar yang merespons kejadian ini.
CEO exchange kripto Exodus, JP Richardson kepada Fortune, mengungkapkan kripto merupakan aset “risk-on” dan “ketika ada guncangan atau ketakutan di pasar saham” seperti kemunculan model AI yang tidak terduga, “biasanya, Anda akan melihat korelasi pada jatuhnya harga di pasar saham, dan juga mata uang kripto dan Bitcoin.”
Baca juga: DeepSeek Dapat Tekanan, Token AI Agent Naik Lagi
Sisi Lain Munculnya DeepSeek untuk Kripto
Meski begitu, banyak yang optimistis dan percaya bahwa DeepSeek yang lebih murah akan memiliki manfaat jangka panjang untuk kripto itu sendiri. Salah satu alasannya adalah DeepSeek menawarkan apa yang belum disediakan model perdagangan large language model (LLM) lainnya.
Ditambah, DeepSeek juga memiliki performa yang lebih superior dibandingkan ChatGPT, misalnya. Untuk mencapai ini, mereka menggunakan strategi seperti gabungan arsitektur expert dan memaksimalkan penggunaan resource.
Jika hendak dibandingkan, model terdahulu DeepSeek, v3, dilaporkan dilatih hanya dengan biaya US$5,6 juta atau sekitar Rp92 miliar, 10 kali lebih murah dibandingkan GPT-4o atau Claude 3.5 Sonnet.
Lalu biaya API DeepSeek-R1 juga rendah, hanya US$0,14 atau sekitar Rp2.300 per satu juta input token setiap cache hits, lebih murah 98% dibandingkan model OpenAI o1, yang memiliki biaya API senilai US$60 atau sekitar Rp985 ribu per satu juta token.
Hal ini, menurut Direktur Penyedia Likuiditas Pasar Wincet, Paul Howard kepada Finance Magnates, membuat dampaknya pada kripto menjadi minimal. “Biayanya yang rendah akan memiliki sedikit dampak pada cara pemain institusional berinteraksi dengan pasar kripto, yang berada di ujung risiko yang diperkuat dari pasar saham,” katanya.
Menurutnya juga, DeepSeek akan mempercepat pengembangan AI baik di AS maupun di luar negeri. Hal ini langsung terlihat dari Crypto Twitter yang sudah menggunakan AI pada berbagai aspek pasar dan analisis terkait kripto, beberapa hari setelah DeepSeek rilis.
Baca juga: Waspada Lonjakan Token Palsu di Tengah Tren DeepSeek AI