Chip Komputer Kuantum IBM, Ancam Kripto?
5th December, 2023
Peluncuran chip komputasi kuantum baru oleh IBM (4/12) menandai tonggak penting dalam bidang komputasi kuantum.
Perkembangan ini merupakan bagian dari tujuan jangka panjang IBM untuk membangun sistem kuantum yang lebih besar pada tahun 2033.
Komputer kuantum, tidak seperti komputer klasik, menggunakan qubit (bit kuantum) untuk melakukan perhitungan. Hal ini memungkinkan mereka memproses data dalam jumlah besar secara bersamaan, suatu prestasi yang tidak dapat dicapai oleh komputer tradisional.
Proyek IBM dilaporkan menandai pertama kalinya sebuah perusahaan mampu mengendalikan qubit sehingga data yang mereka miliki dapat digunakan dalam perhitungan ilmiah.
Terobosan ini akan memungkinkan pengembangan algoritma kuantum. Namun, aplikasi komersial masih jauh dari harapan, menurut wakil presiden kuantum IBM, Jay Gambetta.
“Perlu waktu cukup lama sebelum kita beralih dari nilai ilmiah ke, katakanlah, nilai bisnis. Tapi menurut saya, perbedaan antara riset dan komersialisasi semakin ketat,” ujarnya.
Selain IBM, Microsoft (MSFT.O), Google Alphabet (GOOGL.O) dan Baidu Tiongkok (9888.HK), bersama dengan perusahaan rintisan dan negara-negara tengah berlomba untuk mengembangkan mesin kuantum.
Baca juga: Apa Itu Kriptografi? Definisi, Sejarah, dan Contoh Penggunaannya
Komputer Kuantum Picu Kekhawatiran untuk Kripto
Kemajuan pengembangan seputar komputer kuantum ini menimbulkan kekhawatiran bagi sektor kripto. Hal tersebut disebabkan kemampuan komputer tersebut untuk memecahkan masalah kompleks dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya menimbulkan tantangan langsung terhadap fondasi kriptografi mata uang kripto.
Kemampuan ini memungkinkan komputer kuantum memecahkan kode kriptografi yang saat ini mengamankan aset kripto, sehingga berpotensi menimbulkan risiko seperti peretasan atau pemalsuan.
Sistem ini pada akhirnya dapat merusak kekekalan teknologi blockchain, yang merupakan inti dari mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum.
Di sisi lain, komputer kuantum yang dapat memecahkan algoritma kripto juga dapat mengancam algoritma enkripsi yang digunakan di perbankan dan pemerintah yang menunjukkan minat dalam melakukan tokenisasi aset dunia nyata. Sebelum aset dapat dipertukarkan, aset tersebut harus disimpan oleh kustodian yang menerapkan tindakan pengamanan yang wajar.
Jika pihak kustodian tidak memperkuat keamanan, pelaku kejahatan dapat menghubungkan pemegang aset dengan aset bernilai besar seperti properti atau mobil.
Celah ini dapat menyebabkan pemilik dan penerima melakukan perampokan di dunia nyata atau serangan ransomware untuk mendapatkan kembali akses ke aset.
Hal ini juga dapat meningkatkan peluang pengawasan jika pemerintah dapat menghubungkan semua aset on-chain dengan individu.
Baca juga: Hacker Korea Utara Menyamar Jadi Pejabat, Curi Aset Kripto Warga Korea Selatan