Di tengah hiruk-pikuk pasar kripto yang tak pernah berhenti berdinamika, sorotan kini tertuju pada dua raksasa blockchain: Ethereum dan Solana.
Kedua platform ini, dengan keunikan dan kekuatan masing-masing sering disandingkan sebagai saingan. Artikel ini akan mengupas mengenai Ethereum vs Solana dari berbagai sisi.
Harga dan Dominasi Pasar
Senin, 4 Desember 2023, Ethereum (ETH) masih kokoh di posisi kedua berdasarkan market cap. Dengan harga yang kini berada di angka US$2,221.40 USD, Ethereum menunjukkan pertumbuhan yang stabil, mencatatkan kenaikan sebesar 37.20% dalam 90 hari terakhir.
Baca juga: Apa Itu Ethereum 2.0? Pahami ETH 2.0 Dalam 3 Menit!
Di sisi lain, Solana, yang kini diperdagangkan pada US$64.85, muncul sebagai pesaing Ethereum yang layak diperhatikan. Terutama usai harga SOL naik sangat signifikan sepanjang tahun ini sebesar 237.21%.
Baca juga: Apa Itu Solana? Panduan Lengkap untuk Pemula
Kecepatan Transaksi
Berbicara soal kecepatan transaksi, Ethereum masih ketinggalan oleh Solana.
Kecepatan transaksi per detik blockchain buatan Vitalik Buterin itu hanya 15-25, sedangkan Solana mencapai 65.000 transaksi per detik, dan biaya transaksi yang rendah menjadi daya tarik utama Solana. Hal ini menjadikannya pilihan favorit bagi pengembang dan investor yang mencari efisiensi dan inovasi.
Cathie Wood, tokoh terkemuka di dunia investasi, baru-baru ini memberikan pujian tinggi untuk Solana. Menurut Wood, Solana telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam menghadirkan kecepatan dan efisiensi yang superior.
“Jika Ethereum lebih cepat dan lebih murah dibandingkan Bitcoin, maka Solana adalah langkah lebih maju lagi,” ujar Wood.
Baca juga: Solana Bersinar di 2023, Begini Prediksi Harga SOL 2024
Mekanisme Konsensus
Dalam dunia blockchain, mekanisme konsensus adalah kunci yang menentukan bagaimana transaksi divalidasi dan direkam. Solana dan Ethereum, masing-masing memiliki pendekatan yang berbeda dalam hal ini.
Solana: Menggunakan kombinasi Proof of History (PoH) dan Proof of Stake (PoS), Solana menciptakan sejarah peristiwa yang dapat diverifikasi dan efisien.
Pendekatan tersebut memungkinkan Solana untuk memproses banyak transaksi secara paralel, menghasilkan throughput yang tinggi dan latensi yang rendah. Namun, Solana memerlukan jumlah validator yang besar untuk menjaga desentralisasinya.
Ethereum yang beroperasi pada mekanisme PoS memilih validator berdasarkan jumlah stake mereka dalam jaringan. Transisi ke PoS diharapkan dapat meningkatkan throughput transaksi dan membuat jaringan lebih efisien dan ramah lingkungan.
Baca juga: The Merge Ethereum: Era Baru Pengenalan Teknologi Sharding
Skalabilitas
Skalabilitas adalah aspek penting untuk platform blockchain dalam mengelola transaksi yang meningkat. Solana dengan arsitektur yang dirancang untuk skalabilitas, Solana mencapai throughput tinggi dan dapat memproses banyak transaksi secara paralel.
Ethereum meskipun mengalami masalah skalabilitas dengan mekanisme Proof of Work, transisi ke Ethereum 2.0 dan pengenalan shard chains diharapkan dapat meningkatkan skalabilitas jaringan.
Ekosistem
Ekosistem Solana telah berkembang pesat, menarik pengembang dan proyek yang ingin memanfaatkan kecepatan dan skalabilitasnya. Proyek-proyek penting dalam ekosistem Solana termasuk Serum dan Mango Markets.
Sebagai platform smart contract pertama, Ethereum memiliki ekosistem yang besar dan beragam. Proyek-proyek penting dalam ekosistem Ethereum termasuk Uniswap, Aave, dan OpenSea.
Benarkah Solana Menjadi Ethereum Killer?
Sementara itu, karena sering dibandingkan, Solana pun disebut bisa membunuh Ethereum hingga menimbulkan julukan sebagai “Ethereum Killer”.
Menyikapi hal ini, Anatoly Yakovenko, salah satu pendiri Solana, memberikan perspektif tentang dinamika antara Solana dan Ethereum.
Yakovenko menyerukan agar semua pihak berhenti berbicara tentang platform yang mencoba “membunuh” Ethereum. Menurutnya, kesuksesan Solana tidak bergantung pada kejatuhan Ethereum.
Sebaliknya, ia memprediksi masa depan di mana kedua platform dapat berkembang bersama, menyoroti potensi teknologi untuk berkembang dan berskala.
Pendekatan ini mencerminkan sifat kolaboratif dari ruang kripto, di mana inovasi dan kompetisi sehat mendorong kemajuan.
Yakovenko percaya bahwa industri tampaknya siap untuk merangkul masa depan di mana berbagai platform blockchain dapat hidup berdampingan dan secara kolektif berkontribusi pada pertumbuhan teknologi terdesentralisasi.