Likuiditas menjadi hal yang sangat penting dalam kripto, khususnya pada sektor DeFi. Secara sederhana, likuiditas adalah tingkat kemampuan dalam menukarkan satu aset kripto ke aset kripto lainnya.
Tanpa likuiditas, maka pertukaran (swap) antar aset kripto tidak dapat terjadi sehingga platform DeFi tidak dapat menjalankan fungsinya.
Terdapat kumpulan aset kripto yang membentuk likuiditas yang mendukung keberlangsungan DeFi disebut sebagai liquidity pool. Artikel ini membahas tentang liquidity pool mulai dari pengertian hingga risiko dan keuntungannya.
Apa itu Liquidity Pool
Liquidity Pool adalah kumpulan aset kripto yang ditempatkan pada suatu smart contract untuk mendukung keberjalanan DeFi. Kasusnya pada decentralized exchange (DEX), liquidity pool digunakan untuk pertukaran antar aset kripto (swap) dengan bantuan Automated Market Maker (AMM).
Berbeda dengan centralized exchange (CEX) dimana likuiditas disediakan oleh trader itu sendiri dan ekseskusi order terjadi berkat adanya order book.
DEX menggunakan likuiditas dari liquidity pool dengan eksekusi order terjadi berkat AMM yang menghitung otomatis harguga pertukaran aset kripto berdasarkan ketersediaan aset kripto pada liquidity pool.
Baca juga: Mengenal DEX, Pertukaran Kripto Terdesentralisasi
Cara Kerja Liquidity Pool
Umumnya Liquidity Pool terdiri dari dua pasang aset kripto yang diletakkan pada satu smart contract. Aset kripto ini disediakan oleh penyedia likuiditas yang biasa disebut liquidity provider. Dalam suatu DEX, terdapat banyak kumpulan liquidity pool.
Ini bisa diibaratkan sebagai banyaknya pilihan pasang perdagangan pada CEX. Semakin banyak jenis liquidity pool yang dimiliki suatu DEX, maka semakin banyak aset kripto yang dapat dipertukarkan pada DEX tersebut. Akan tetapi, besarnya likuiditas pada Liquidity Pool juga harus diperhatikan.
Misal saja terdapat liquidity pool dengan aset kripto ETH-USDT pada suatu DEX, ini berarti semua orang yang dapat mengakses DEX tersebut dapat menukarkan USDT menjadi ETH, dan sebaliknya. Menukarkan ETH dengan USDC tidak dapat dilakukan karena liquidity pool tidak menyediakan USDC.
Lain halnya jika DEX tersebut memiliki liquidity pool USDT-USDC, maka pertukaran ETH menjadi USDC dapat terjadi dengan cara menggunakan dua liquidity pool yakni ETH-USDT, kemudian USDT-USDC. Atau lebih sederhana jika DEX tersebut memiliki liquidity pool ETH-USDC secara langsung.
Jadi, adanya liquidity pool sangat penting bagi DEX selain sebagai likuiditas juga untuk menambah keragaman aset kripto yang dapat diperdagangkan.

Selain beragam liquidity pool, besarnya liquidity pool juga sangat penting untuk memproses transaksi dalam jumlah besar.
Misal dalam Liquidity Pool ETH-USDT tadi terdapat 1 ETH dan 1600 USDT, maka jika ada pengguna DEX yang hendak menukarkan 2 ETH tidak akan bisa sebab ETH yang ada pada pool hanya 1 ETH.
Di sini terlihat bahwa semakin besar likuiditas maka semakin besar juga transaksi yang dapat diproses oleh DEX.

Ringkasnya analogi cara kerja liquidity pool adalah seperti kolam ikan pancing (liquidity pool) dengan ikan telah disediakan (liquidity provider).
Jika ikan Nila (aset kripto tertentu) saja yang disediakan dalam kolam tersebut, maka hanya ikan Nila yang dapat dipancing.
Jika hanya ada 100 ikan Nila pada kolam, pemancing tentu tidak dapat memancing 200 ikan Nila (besar likuiditas).
Baca juga: Mengenal Likuiditas dalam Aset Kripto
Tujuan Liquidity Pool
Tujuan dari adanya liquidity pool dari sisi trader adalah untuk memfasilitasi pertukaran aset kripto pada DEX sehingga trader dapat melakukan pertukaran kripto tanpa melalui perantara CEX.
Di sisi penyedia likuiditas (liquidity provider), adanya liquidity pool dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan dari fee transaksi DEX dan juga yield farming.
Liquidity provider akan mendapatkan LP Token sebagai bukti penyedia likuiditas dan dapat digunakan untuk farming di platform DeFi lainnya.

Beda Liquidity Pool dan Liquidity Provider
Liquidity pool berperan sebagai objek sementara liquidity provider sebagai subjek dimana liquidity pool adalah objek tempat berkumpulnya aset kripto yang dikumpulkan oleh liquidity provider.

Selain itu, bentuk liquidity pool adalah sebuah smart contract sementara liquidity provider adalah orang/kelompok pemilik aset kripto.
Cara Investasi di Liquidity Pool
- Pilih pasangan aset kripto.
- Transfer wallet kripto menuju wallet non-custodial seperti Metamask.
- Pilih DEX untuk liquidity pool.
- Hubungkan wallet ke DEX.
- Tambahkan pasangan kripto yang sudah dipilih tadi.
- Pengguna akan mendapatkan liquidity provider token (LP Token) sebagai bukti penyedia likuiditas dan dapat digunakan untuk menarik likuiditas yang telah disetorkan tadi.
- Liquidity provider mendapatkan imbalan fee transaksi dari setiap transaksi yang dilakukan pada Liquidity Pool yang telah disediakan tadi.
Misal user menjadi Liquidity Provider ETH-USDC, maka setiap fee transaksi yang dihasilkan dari pertukaran ETH-USDC akan dibagikan kepada seluruh Liquidity Provider ETH-USDC dengan besaran bergantung pada besar likuiditas yang disediakan. Selain dari fee transaksi, pengguna juga dapat menggunakan LP Token untuk yield farming pada platform DeFi seperti Curve Finance dan Yearn Finance.
Keuntungan Menjadi Liquidity Provider
Keuntungan menjadi Liquidity Provider pada suatu liquidity pool antara lain:
Mendapatkan Fee Transaksi
Ini merupakan hubungan timbal balik antara DEX dan liquidity provider dimana DEX membutuhkan likuiditas dari pengguna, sementara itu pengguna tetap mendapatkan imbalan berupa fee transaksi.
Kesempatan Yield Farming
Keuntungan lainnya adalah user memiliki kesempatan untuk mendapatkan passive income tambahan yakni dengan yield farming menggunakan LP Token yang didapatkan setelah menyediakan likuiditas.
Risiko Menjadi Liquidity Provider
Namun menjadi liquidity provider juga ada risikonya antara lain:
Peretasan Smart Contract
Liquidity pool berbentuk smart contract yang dimana dapat menjadi sasaran serangan hacker jika terdapat bug yang memungkinkan peretas untuk mengambil aset kripto yang ada pada pool.
Cara untuk meminimalisir kemungkinan ini sebagai user adalah memilih liquidity pool yang smart contract-nya sudah diaudit dan terpercaya.
Perbedaan Harga Sangat Tinggi
Perbedaan harga ini biasa disebut dengan slippage. Ini dapat terjadi ketika likuiditas di dalam liquidity pool rendah sehingga transaksi dalam jumlah kecil dapat membuat selisih harga yang cukup tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian jika selisih harga sangat jauh dari harga pasaran.
Biasanya DEX sudah memiliki mekanisme pembatasan slippage, contohnya slippage 1% yang berarti jika ada perubahan harga dari AMM kurang dari atau lebih dari 1% maka transaksi akan dibatalkan.
Impermanent Loss
Bagi Liquidity Provider, resiko dari Liquidity Pool adalah impermanent loss yakni potensi kerugian akibat adanya perubahan komposisi jumlah aset kripto pada pool dibandingkan jika user hanya melakukan hold tanpa menjadi Liquidity Provider.
Adanya impermanent loss disebabkan proses arbitrase antara DEX dan CEX ketika suatu aset kripto mengalami pergerakan harga yang ekstrim.
Hal ini akan menyebabkan perubahan komposisi jumlah pada pool sehingga mengakibatkan penyedia likuiditas mengalami kerugian ketika ingin melakukan penarikan likuiditas.
Kesimpulan
Liquidity pool adalah kumpulan aset kripto yang diletakkan pada smart contract untuk bisa menyediakan layanan pertukaran aset kripto pada DEX.
Sementara liquidity provider adalah penyedia likuiditas yang bisa mendapatkan keuntungan dari fee transaksi atau yield farming. Meski bisa mendatangkan keuntungan, menjadi penyedia likuiditas juga memiliki risiko. Maka dari itu, pemilihan platform dan pasangan aset kripto harus menjadi pertimbangan.