Volume DEX Solana Turun Lima Pekan Berturut-turut
17th February, 2025
Volume exchange terdesentralisasi (DEX) Solana mengalami penurunan selama lima pekan berturut-turut, menandakan penurunan aktivitas perdagangan di blockchain tersebut.
Penurunan ini disebabkan kegilaan perdagangan meme coin yang melanda Solana sejak kenaikan dimulai. Banyak meme coin yang datang dan pergi membuat pengguna lelah dengan skema pump-and-dump yang terus menerus, rugpull, sampai trading yang dilakukan orang dalam.
Secara spesifik, volume perdagangan DEX di Solana sekitar US$20,2 miliar pada pekan yang berakhir pada 16 Februari.
Sementara pada pekan yang berakhir pada 10 Februari, volume transaksi on-chain Solana turun 28%, dengan total US$31,8 miliar atau sekitar Rp515,4 triliun. Penurunan ini diamati di seluruh blockchain lain seperti BNB Chain, Ethereum, Sui, dan Polygon.
Baca juga: Pertama Kalinya, Volume DEX Solana Berhasil Salip DEX Ethereum
DEX Lain dan Nasibnya yang Beragam
Tiga DEX teratas dengan volume terbanyak selama periode itu termasuk Meteora, Raydium, dan Orca dengan volume perdagangan kumulatif sebesar US$155,172 miliar atau sekitar Rp2.515 triliun.
Meteora melaporkan aktivitas paling banyak sebagai DEX teratas dengan volume US$875,8 juta atau sekitar Rp14,1 triliun, diikuti Raydium sebesar US$836,37 juta atau sekitar Rp13,5 triliun dan Orca sebesar US$322,32 juta atau sekitar Rp5,2 triliun.
Meteora memiliki Total Value Locked (TVL) mingguan sebesar US$8,024 miliar atau sekitar Rp130 triliun dengan rasio volume/TVL 0,84, mengindikasikan likuiditasnya kuat. Raydium memiliki TVL mingguan yang lebih tinggi tetapi rasio volume/TVL yang lebih rendah yaitu 0,5.
Sementara DEX Solana mengalami penurunan volume, volume di Binance Smart Chain (BSC) meningkat, dan saat ini BSC memiliki volume perdagangan tertinggi di antara exchange terdesentralisasi.
Ini perbedaan mencolok dari statistik Maret 2024 ketika DEX BSC berada di posisi ketiga dengan volume perdagangan sebesar US$47,81 miliar atau sekitar Rp775 triliun, di belakang Solana dan Ethereum, sedangkan posisi keempat ditempati Arbitrum sebesar US$27,74 miliar atau sekitar Rp449,6 triliun.