Telegram Tutup Jaringan Marketplace Kripto Ilegal Terbesar Asal Kamboja

Dilla Fauziyah

15th May, 2025

Aplikasi perpesanan Telegram baru-baru ini berhasil menutup salah satu pasar gelap kripto terbesar di dunia, Haowang Guarantee, yang sebelumnya dikenal sebagai Huione Guarantee. Platform ini diduga menjadi pusat berbagai aktivitas kriminal, mulai dari penipuan kripto, pencucian uang, hingga penyekapan tenaga kerja dalam skema penipuan terorganisir di Asia Tenggara.

Dalam pengumuman yang dirilis pada Rabu (14/5/2025), Haowang Guarantee menyatakan akan menghentikan seluruh operasionalnya setelah seluruh saluran komunikasi, kanal, dan NFT mereka diblokir secara massal oleh Telegram. Pemblokiran ini mencakup ribuan akun dan grup yang selama ini menjadi infrastruktur utama kejahatan digital lintas negara.

“Sejak seluruh NFT, kanal, dan grup kami diblokir oleh Telegram pada 13 Mei 2025, Haowang Guarantee akan menghentikan semua operasional kami mulai saat ini,” tulis pernyataan resmi mereka.

Menurut laporan dari WIRED, Telegram bertindak tegas dengan menindak akun-akun yang dilaporkan terlibat dalam aktivitas penipuan dan pencucian uang. Juru bicara Telegram, Remi Vaughn, menegaskan bahwa segala bentuk aktivitas kriminal yang melanggar kebijakan layanan akan langsung dihapus.

Baca juga: Isu Hack Kripto oleh Korea Utara Masuk Agenda Pembahasan KTT G7

Transaksi Ilegal Capai Rp445 Triliun, Didominasi USDT

Sebelum ditutup, Haowang Guarantee beroperasi sebagai marketplace anonim berbasis Telegram, tempat para penjual pihak ketiga menawarkan berbagai layanan yang mendukung ekosistem kejahatan kripto. Layanannya mencakup pencucian uang menggunakan stablecoin Tether (USDT), penjualan data calon korban, perangkat lunak deepfake, infrastruktur telekomunikasi ilegal, hingga alat fisik seperti borgol GPS dan tongkat listrik yang digunakan untuk menyekap korban dalam kamp penipuan.

Data dari perusahaan analisis blockchain Elliptic mencatat, total nilai transaksi ilegal yang difasilitasi oleh Haowang mencapai lebih dari US$27 miliar, atau sekitar Rp445,7 triliun. Sementara Huione Group secara keseluruhan diketahui telah menangani transaksi kripto senilai lebih dari US$98 miliar.

Bahkan, jaringan ini memiliki keterkaitan dengan tokoh-tokoh elite di Kamboja. Huione Group diketahui terhubung dengan keluarga Perdana Menteri Hun Manet, di mana salah satu kerabatnya, Hun To, menjabat sebagai direktur di perusahaan afiliasi yang disebut dalam investigasi Al Jazeera terkait kamp penipuan.

Meski penutupan Haowang Guarantee dipuji sebagai kemenangan besar, para peneliti keamanan siber tetap waspada. Tom Robinson, Co-Founder Elliptic, menyebut ini sebagai pukulan telak bagi pelaku kejahatan digital.

Marketplace ini menjadi penggerak utama epidemi penipuan global, dan penutupannya akan memberi pukulan besar bagi para pelaku kejahatan online,” jelasnya.

Adapun, penutupan ini tampaknya menghadirkan kemunculan Xinbi Guarantee, marketplace gelap baru yang mulai mengambil alih peran Haowang. Platform ini juga beroperasi di Telegram dan telah mencatat transaksi senilai US$8,4 miliar sejauh ini.

Menariknya, Xinbi dikaitkan dengan sebuah perusahaan asal Colorado, AS, yang didirikan pada 2022 namun sudah dinyatakan tidak aktif sejak Januari 2025.

Baca juga: Transaksi Bitcoin Mencurigakan Senilai Rp5,5 Triliun Picu Lonjakan Monero 50%

Dilla Fauziyah

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.