200 Ribu BTC dan 1 Juta ETH Keluar dari Bursa! Apa Dampaknya Bagi Pasar Kripto?
7th December, 2022
Baru-baru ini 200.000 BTC dan lebih dari 1.000.000 ETH keluar dari bursa terpusat atau Centralized Exchange (CEX). Sebagian besar investor kemungkinan mengalihkan aset kripto mereka ke penyimpanan cold wallet dan hot wallet mereka.
Salah satu yang menjadi alasan utamanya karena hilangnya kepercayaan antara bursa dengan penggunanya, karena kasus FTX di industri kripto yang baru-baru ini terjadi.
Baca juga: Ada Apa dengan FTX? Ini Kronologi dari Awal Hingga Akhir!
Menurut data on-chain, sekitar 200.000 BTC senilai $3,3 miliar (Rp51 triliun) dan lebih dari 1 juta ETH senilai $1,2 miliar (Rp18,7 triliun) telah keluar dari berbagai platform perdagangan kripto terpusat. Hal ini menjadikannya migrasi dana terbesar dari bursa terpusat sejak 2021.
Ada hal yang bisa dipahami dari masifnya arus keluar dari bursa, umumnya penurunan jumlah aset di bursa ini, cukup sering berkorelasi dengan penurunan minat terbuka dan tekanan jual secara umum di pasar.
Jadi, ketika trader mengeluarkan dana mereka dari pasar terbuka, mereka cenderung menahannya lebih lama dibandingkan dengan investor yang menyimpan dana mereka di wallet bursa.
Apa Dampaknya Bagi Market Kripto?
Jika tren terus berlanjut, maka tekanan jual yang terlihat di bulan November 2022 kemungkinan akan mereda dengan volatilitas. Aliran dana keluar dari bursa menandakan tahap akumulasi, yang terjadi tepat sebelum pemulihan pasar secara keseluruhan.
Berarti dengan keluarnya aset kripto dari bursa terpusat secara massal, ada kemungkinan terjadi pemulihan harga di pasar kripto, bahkan rally di pasar perdagangan. Selain itu, secara tidak langsung terjadinya perpindahan dari bursa terpusat, membuat pengguna membatasi diri mereka untuk menjual yang akan mengurangi selling pressure di pasar kripto, sehingga kemungkinan besar harga bisa naik.
Baca Juga: Mengenal Dead Cat Bounce di Trading Crypto