Pasar Saham Bergejolak, Harga Bitcoin Jatuh ke US$55.000
4th September, 2024
Harga Bitcoin dan aset kripto lainnya mengalami penurunan tajam setelah terjadinya guncangan di pasar saham, terutama di Amerika Serikat dan Asia.
Menurut data dari CoinMarketCap per 4 September, harga Bitcoin sempat ambruk dari level sebelumnya di US$57.704 ke US$55.676 hanya dalam 15 menit, sebelum akhirnya rebound di kisaran US$56.740 dengan tetap menunjukkan penurunan 4,6% hingga artikel ini ditulis. Penurunan ini melanjutkan tren negatif Bitcoin sejak awal September.
Adapun altcoin lainnya juga turut mengalami nasib serupa. Ether (ETH) turun lebih dari 6% ke harga sekitar US$2.363, setelah sehari sebelumnya masih berada di US$2.500. Begitu juga dengan BNB dan Solana (SOL) yang masing-masing merosot sekitar 4% dan 6%. Di antara top 10 aset kripto, Toncoin (TON) menunjukkan penurunan terbesar mencapai 8,5%.
Kejatuhan harga di pasar kripto ini memicu likuidasi besar-besaran di pasar derivatif, dengan posisi long yang bertaruh harga akan naik justru mengalami likuidasi senilai US$177,27 juta setara Rp2,7 triliun dari total likuidasi sebesar US$196,23 juta setara Rp3 triliun dalam 24 jam terakhir, menurut data Coinglass.
Baca juga: 3 Faktor Penentu untuk Harga Bitcoin di September 2024
Pasar Saham Global Terpukul
Penurunan di pasar kripto tidak terjadi tanpa sebab, karena anjloknya harga Bitcoin mengikuti penurunan besar-besaran di pasar saham global. Misalnya, Indeks saham di AS seperti Nasdaq 100 mengalami penurunan sekitar 3,3% dan S&P 500 jatuh hingga 3%.
Gejolak ini juga menyebar ke bursa Asia, di mana indeks Nikkei 225 Jepang merosot lebih dari 3,3% beberapa jam setelah perdagangan dibuka, Hang Seng Index juga anjlok sebesar 1,5%, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan berada di zona merah dan turun 0,7%.
Baca juga: Arthur Hayes: Penurunan Suku Bunga Berdampak Minim pada Bitcoin