Strategy Terancam Didepak dari Indeks Saham AS, Karena Faktor Ini!
21st November, 2025
Strategy, perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai MicroStrategy dan terkenal sebagai pemilik cadangan Bitcoin terbesar di antara emiten publik, kini terancam dikeluarkan dari sejumlah indeks saham utama di Amerika Serikat. Analis JPMorgan menilai bahwa langkah ini dapat memicu arus keluar dana pasif bernilai miliaran dolar, mengingat peran Strategy sebagai salah satu pintu masuk eksposur Bitcoin melalui portofolio indeks.
Menurut laporan Bloomberg (20/11/2025), JPMorgan menyebut Strategy (ticker: MSTR) berisiko kehilangan posisinya di indeks MSCI USA, Nasdaq 100, dan Russell 1000. Jika MSCI memutuskan untuk menghapus perusahaan tersebut, potensi dana pasif yang keluar diperkirakan mencapai sekitar US$2,8 miliar.
Jika keputusan serupa diikuti oleh penyedia indeks lain, total potensi outflow bahkan dapat meningkat hingga US$11,6 miliar. Saat ini, hampir US$9 miliar dana pasif tercatat memiliki eksposur terhadap saham Strategy.
Perusahaan yang dipimpin Michael Saylor tersebut memang menjadi salah satu emiten yang paling sensitif terhadap pergerakan pasar kripto. Dalam beberapa tahun terakhir, Strategy rutin membeli Bitcoin dan kini memegang lebih dari 649.870 BTC, menjadikannya perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbesar hingga kini.
Baca juga: Bitcoin Ambruk ke US$86.000, Tiga Faktor Ini Jadi Pemicu
Potensi Arus Keluar Besar-besaran
JPMorgan menjelaskan bahwa keberadaan Strategy dalam indeks berskala besar memungkinkan investor institusi dan ritel mendapatkan eksposur Bitcoin secara tidak langsung melalui dana indeks maupun Exchange Traded Fund (ETF). Jika MSCI mengecualikan perusahaan yang sebagian besar nilainya berasal dari kepemilikan aset digital, Strategy berpotensi kehilangan aliran dana signifikan dari manajer dana pasif.
Perhitungan JPMorgan menunjukkan potensi outflow sebesar US$2,8 miliar jika hanya MSCI yang mengambil tindakan. Jika Nasdaq 100 dan indeks besar lainnya mengikuti, angkanya bisa melonjak hingga US$11,6 miliar. Sebagai pembanding, dana pasif yang saat ini terikat pada saham MSTR mencapai sekitar US$9 miliar.
Para analis juga menyampaikan bahwa MSCI sedang mengkaji proposal untuk mengecualikan perusahaan dengan proporsi kepemilikan aset kripto lebih dari 50% dari total asetnya. Proses konsultasi berlangsung hingga akhir 2025, sementara keputusan final dijadwalkan pada 15 Januari 2026. Keputusan ini akan menentukan apakah Strategy akan tetap berada dalam indeks atau dikeluarkan, yang secara otomatis memicu aksi rebalancing besar-besaran oleh pengelola dana.
Baca juga: Strategy Tambah Koleksi Bitcoin, Nilai Investasi Tembus Rp1.140 T
Penurunan Saham Strategy dan Premi terhadap Bitcoin
Selain ancaman keluarnya dari indeks, saham Strategy juga mengalami tekanan harga yang cukup tajam. Saham MSTR sempat terkoreksi ke US$177,13 pada 21 November setelah turun lebih dari 5% dalam sehari, menurut data Google Finance. Dalam sebulan terakhir, saham tersebut merosot lebih dari 40%, jauh lebih dalam dibanding penurunan harga Bitcoin yang sekitar 22% pada periode yang sama.
Penurunan tersebut dinilai banyak dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan dikeluarkannya Strategy dari indeks saham besar, bukan semata volatilitas Bitcoin. Premi saham terhadap nilai kepemilikan Bitcoin perusahaan juga turun drastis.
JPMorgan menambahkan bahwa dana yang mengikuti indeks memiliki eksposur signifikan terhadap saham MSTR. Jika saham tersebut dikeluarkan dari indeks, manajer dana akan terpaksa menjual posisinya, yang dapat mengganggu likuiditas dan menekan kemampuan Strategy dalam menggalang pendanaan melalui penerbitan saham atau obligasi di masa mendatang.
Kondisi pasar kripto yang sedang tertekan turut memperburuk sentimen. Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin tercatat mengalami penurunan lebih dari 5% dalam 24 jam terakhir ke kisaran US$85.400, dan merosot lebih dari 22% dalam sebulan terakhir. Padahal, Bitcoin sempat mencetak rekor tertinggi baru pada awal Oktober 2025 di kisaran US$126.000.
Tekanan tambahan juga datang dari faktor makro, termasuk data ketenagakerjaan Amerika Serikat serta berkurangnya peluang pemotongan suku bunga The Fed yang diperlukan untuk menambah likuiditas pada pasar aset digital.
Baca juga: 5 Faktor Pemicu Bitcoin Ambruk ke Level US$89.000