Michael Saylor Soroti Sinyal Pendorong Bitcoin Akhir 2025

Dilla Fauziyah

24th September, 2025

Chairman MicroStrategy, Michael Saylor, memprediksi bahwa Bitcoin berpeluang kembali menguat menjelang akhir 2025. Menurutnya, dorongan utama datang dari meningkatnya permintaan perusahaan yang menjadikan Bitcoin sebagai cadangan aset digital, serta akumulasi investor institusional melalui dana berbasis Exchange-Traded Fund (ETF).

Dalam wawancara bersama CNBC Closing Bell Overtime pada Selasa (23/9/2025), Saylor menegaskan bahwa perusahaan dan ETF telah menyerap hampir seluruh pasokan alami Bitcoin yang beredar di pasar.

“Perusahaan yang mengkapitalisasi Bitcoin membeli jauh lebih banyak dibandingkan pasokan baru yang diciptakan penambang. Tekanan beli inilah yang mendorong harga semakin naik,” ungkap Saylor.

Data BitcoinTreasuries menunjukkan miner rata-rata hanya menghasilkan sekitar 900 BTC per hari. Namun, laporan terbaru perusahaan jasa keuangan River mengungkapkan bahwa pada 2025, perusahaan menyerap sekitar 1.755 BTC per hari, sementara ETF menambah permintaan sekitar 1.430 BTC per hari.

“Ketika kita berhasil melewati level resistance dan menghadapi tekanan makro, saya percaya Bitcoin akan mulai bergerak naik lebih signifikan menjelang akhir tahun,” tambahnya.

Baca juga: Metaplanet Catat Rekor Pembelian 5.419 Bitcoin Bernilai Rp10,5 T

Tekanan Beli Bisa Picu Reli Akhir Tahun

Saylor menjelaskan, perusahaan pembeli Bitcoin terbagi menjadi dua kategori. Pertama, perusahaan operasional yang biasanya mengembalikan modal ke pemegang saham melalui dividen atau buyback, namun memilih Bitcoin sebagai aset cadangan dalam neraca keuangan mereka.

BitcoinTreasuries mencatat sedikitnya 145 perusahaan telah menambahkan Bitcoin ke dalam balance sheet, termasuk MicroStrategy yang saat ini memegang 638.985 BTC.

“Langkah ini justru memperkuat struktur modal mereka. Itu membuat perusahaan-perusahaan ini lebih kokoh,” ujar Saylor.

Menurut data CoinMarketCap, Bitcoin diperdagangkan stagnan di harga US$112.500. Dalam sepekan terakhir, aset kripto terbesar di dunia itu bergerak lesu dengan penurunan hampir 4%.

Adapun pada awal pekan ini, pasar kripto juga mengalami salah satu gelombang likuidasi terbesar tahun ini, dengan likuidasi posisi hampir US$2 miliar. Analis menilai hal ini lebih dipengaruhi faktor teknis ketimbang pelemahan fundamental.

Baca juga: Kripto Turun Serentak, Rp26,8 Triliun Posisi Long Terlikuidasi dalam Sehari

Dilla Fauziyah

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.