Pasar Kripto Rebound, Didukung Kesepakatan Tarif AS dengan Eropa dan Tiongkok
28th July, 2025
Pasar aset kripto kembali menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah mengalami akhir pekan yang cenderung stagnan. Kabar kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Eropa serta Tiongkok menjadi salah satu faktor pemicu rebound harga berbagai aset digital, termasuk Bitcoin (BTC) dan sejumlah altcoin besar.
Menurut data CoinMarketCap pada Senin (28/7/2025) pagi, harga Bitcoin tercatat mengalami kenaikan moderat dan diperdagangkan di kisaran US$119.500, setelah sempat melemah ke US$117.900. Kapitalisasi pasar Bitcoin juga naik, menyentuh US$2,37 triliun.
Harga BTC saat ini masih bertahan di atas level psikologis US$118.000, setelah sebelumnya sempat mencetak rekor tertinggi baru di US$123.000 pada 14 Juli. Kenaikan tersebut memicu aksi ambil untung dari investor jangka panjang.
Sementara itu, Ethereum (ETH) sebagai aset kripto terbesar kedua, justru mencatatkan kinerja lebih positif dengan kenaikan hampir 3% dalam 24 jam terakhir, dan diperdagangkan mendekati level US$3.900. Lonjakan harga ini turut didorong oleh peningkatan volume perdagangan harian hingga 30%, yang mendongkrak kapitalisasi pasar Ethereum ke atas US$469 miliar.

Sementara itu, XRP (XRP), Solana (SOL), hingga Dogecoin (DOGE) mencatat kenaikan masing-masing 2%. BNB (BNB) mencatatkan kenaikan paling signifikan sebesar 6%, hingga mencapai US$852, menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) barunya.
Secara keseluruhan, nilai pasar kripto global naik sekitar 2%, menembus angka US$3,94 triliun.
Baca juga: Whale Bertaruh Rp386 Miliar pada Bitcoin Tembus US$200.000 Akhir Tahun Ini
Kesepakatan Dagang AS–Eropa dan Penundaan Tarif Tiongkok
Rebound ini terjadi di tengah pengumuman kesepakatan dagang antara Presiden Trump dan Ursula von der Leyen yang berlangsung di Turnberry, Skotlandia. Dalam kesepakatan tersebut, AS sepakat memberlakukan tarif impor sebesar 15% untuk produk Uni Eropa, menghindari ancaman tarif sebelumnya yang mencapai 30%.
Sebagai bagian dari perjanjian ini, Uni Eropa juga akan menginvestasikan US$600 miliar ke sektor energi dan pertahanan AS dalam tiga tahun ke depan, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar dari Rusia. Namun, tarif untuk baja dan aluminium tetap berada di angka 50%.
Selain itu, adanya kabar bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok menunda penerapan tarif balasan juga turut menambah sentimen positif pasar, yang mulai mencari arah menjelang pekan baru.
Beberapa analis menyoroti level teknikal penting sebagai indikator arah gerak Bitcoin ke depan. Investor Ted Pillows dalam postingannya di X menyebut bahwa Bitcoin perlu menembus level US$119.500 untuk mendorong reli besar-besaran.
“Kalau tidak, kemungkinan besar fase konsolidasi masih akan berlanjut. Saya rasa BTC baru akan tembus level ini bulan depan, dan itu akan jadi awal dari kenaikan berikutnya,” tulisnya.

Sementara itu, analis kripto Rekt Capital juga menyatakan bahwa Bitcoin telah berhasil menutup perdagangan harian di atas zona rendah sebelumnya, yang bisa menjadi sinyal awal pemulihan.
“Penutupan harian BTC di atas batas bawah zona biru menandai kembalinya harga ke dalam rentang sebelumnya. Jika ada penurunan kembali ke batas bawah tersebut, itu bisa menjadi momen retest untuk mengonfirmasi bahwa level tersebut kini menjadi dukungan baru,” tulisnya dalam postingan di X.
Baca juga: Bitcoin Diprediksi Masih Sulit Tembus US$200.000 Tahun Ini