Komisi Sekuritas Bahama Tahan Aset Pengguna dan Kreditur FTX Senilai $3,5 Miliar

Anisa Giovanny

2nd January, 2023

Komisi Sekuritas Bahama mengatakan pada hari Kamis (29/12) waktu setempat, bahwa mereka memegang aset FTX senilai $3,5 miliar setara dengan Rp54,3 triliun, berdasarkan harga pasar pada saat transfer secara sementara untuk mengirimkannya ke pelanggan dan kreditor yang memilikinya.

Aset digital unit Bahamas FTX dipindahkan ke dompet digital di bawah kendali eksklusif komisi pada bulan November segera setelah perusahaan dan dana lindung nilai Alameda Research dan lusinan afiliasinya mengajukan kebangkrutan AS.

Setelah menyelesaikan transfer, pendiri FTX Sam Bankman-Fried dan Gary Wang tidak lagi memiliki akses ke token yang ditransfer atau dibekukan, kata direktur eksekutif komisi, Christina Rolle, dalam pernyataan tertulis yang diajukan ke Mahkamah Agung Bahama.

“Semua aset yang ditransfer adalah dan tetap berada di bawah kendali komisi,” kata Rolle, dikutip dari Reuters (02/01).

Besarnya penyitaan aset mengirimkan sinyal beragam ke pelanggan FTX, menurut Deborah Kovsky-Apap, seorang pengacara kebangkrutan yang tidak terlibat dalam kasus tersebut.

Tindakan pemerintah Bahama mempertahankan aset yang bisa hilang atau dicuri, tetapi juga bisa memperdalam perselisihan antara proses kebangkrutan perusahaan yang berbasis di AS dan likuidasi Bahama.

Baca juga: FTX akan Lelang FTX Jepang hingga LedgerX untuk Lunasi Hutang

15 Kreditur FTX Minta Nama Mereka Dirahasiakan

Sementara itu, berdasarkan Decrypt sekelompok pelanggan FTX yang berlokasi di luar Amerika Serikat telah meminta pengadilan yang mengawasi kasus kebangkrutan pertukaran kripto tersebut agar nama mereka dirahasiakan. 

Dala dokumen peradilan terungkap ada 15 kreditur yang tidak ingin namanya diungkap ke publik dengan total hutang kolektif oleh FTX sebesar $1,9 miliar oleh FTX.

Mereka mengatakan dalam pengajuan hari Rabu waktu setempat,  bahwa mereka ingin tetap anonim karena “pemegang aset kripto sangat rentan terhadap penipuan dan pencurian.”

Mereka menambahkan dalam pengajuan bahwa “aset kripto sulit dilacak dan ada sedikit perlindungan keamanan untuk melindungi aset.”

Pelanggan FTX ini bukan satu-satunya yang ingin melindungi identitas mereka. Pada bulan November, Hakim John Dorsey yang mengawasi kasus tersebut, memutuskan untuk menahan nama kreditur FTX terbesar atas permintaan perusahaan.

FTX berpendapat bahwa menerbitkan nama kreditur dapat mengungkap informasi pribadi seperti email atau alamat fisik dan membahayakan keamanan mereka. 50 kreditur teratas berutang sekitar $3,1 miliar setelah runtuhnya FTX. 

Namun, New York Times, Dow Jones, Bloomberg, dan Financial Times bulan ini mengajukan gugatan yang meminta nama-nama itu diungkapkan. Hakim kemudian mengatakan dia akan mengizinkan organisasi media untuk memperdebatkan kasus mereka pada Januari.

Baca juga: Peristiwa Besar Industri Kripto 2022, dari Terra Hingga FTX

Anisa Giovanny

Anisa tertarik dengan dunia tulis menulis dan copyediting sejak bangku SMA dan diperdalam di dunia perkuliahan. Saat ini tertarik dan tengah mendalami bidang ekonomi terutama terkait investasi dan cryptocurrency

Anisa tertarik dengan dunia tulis menulis dan copyediting sejak bangku SMA dan diperdalam di dunia perkuliahan. Saat ini tertarik dan tengah mendalami bidang ekonomi terutama terkait investasi dan cryptocurrency