Laporan BIS Tunjukkan Investor Ritel Bitcoin Rugi 50% di Bear Market 2022

Anggita Hutami

21st February, 2023

Setelah mengalami tren peningkatan pada awal 2021. Pada pertengahan 2022, investasi kripto diguncang oleh keruntuhan dua pemain besarnya, FTX dan Terra Luna. Kedua peristiwa tersebut menimbulkan kerugian masing-masing US$450 miliar dan US$200 miliar.

Bank for International Settlements (BIS) merilis sebuah laporan yang menunjukan investor ritel Bitcoin dari negara berkembang mengalami kerugian paling besar dibandingkan para investor besar.

Investor Ritel Merugi 50%

Menurut data yang dirilis BIS, selama tahun 2022, harga aset kripto, termasuk Bitcoin dan Ether turun sekitar 75%, dari harga tertingginya masing-masing di angka US$65.000 dan US$4.800, menjadi US$19.000 dan US$1.000 di akhir 2022.

Penurunan ini salah satunya disebabkan stablecoin algoritmik TerraUSD (UST) yang anjlok dari US$1 menjadi 0 dalam beberapa hari di Mei 2022.

Anjloknya nilai UST menimbulkan efek domino. Pada periode Mei dan Juni 2022, pasar DeFi mengalami kerugian sebesar US$450 miliar.

Baca juga: Ada Apa dengan Terra Luna di 2022? Ini Penjelasannya

Selanjutnya, pada November 2022, platform FTX runtuh karena kehilangan kemampuan likuiditas. Imbasnya, harga token FTT (token internal FTX) turun dengan cepat dan akhirnya FTX mengajukan kebangkrutan.

Sementara itu, aktivitas Coinbase dan FTX melonjak setelah berita tentang masalah Terra Luna dan FTX.

Aktivitas menunjukkan, investor besar cenderung menyesuaikan portofolio untuk mengamankan aset mereka dari token yang berada di bawah tekanan terhadap aset kripto lainnya, termasuk stablecoin yang didukung aset.

Jika melihat pada grafik di bawah, Terra digambarkan dengan garis padat, sedangkan FTX digambarkan dengan garis putus-putus.

Gambar kondisi investor besar dan ritel saat kekacauan Terra dan FTX. Sumber: BIS.

Saat kondisi sulit berlangsung di tahun 2022, investor kripto dengan kepemilikan besar lebih mungkin untuk menyesuaikan portofolio atau mencairkan aset. Meskipun ada kerugian, tetapi jumlahnya tidak sebesar investor ritel yang mencapai setengahnya.

Merujuk buletin yang dirilis oleh BIS, berdasarkan data dan simulasi yang dilakukan, mayoritas investor ritel kehilangan uang pada investasi Bitcoin sebesar US$431 pada Desember 2022. Jumlah ini hampir setengah dari dana total yang diinvestasikan, yaitu US$900.

Data pada platform perdagangan kripto selama Agustus 2015–Desember 2022 menunjukkan, kerugian lebih dalam dialami oleh investor di negara berkembang seperti Brasil, India, Pakistan, Thailand, dan Turki.

Ini disebabkan oleh minimnya regulasi dan pemahaman mendalam pada investor di negara-negara tersebut. Di sisi lain, investor ritel juga lebih banyak terdapat di negara berkembang.

Gambar kondisi investor ritel di negara berkembang. Sumber: BIS.

Setelah menghadapi pukulan keras di tahun 2022, industri kripto kembali menguat di awal tahun 2023. Temuan BIS menunjukkan bahwa hampir tiga perempat pengguna kembali mengunduh aplikasi platform kripto saat harga Bitcoin di atas US$20.000.

Guncangan Pasar Kripto Belum Berpengaruh ke Sektor Keuangan Luas

Untuk menyelidiki hubungan antara guncangan pasar kripto terhadap sistem keuangan agregat, analis BIS meninjau tingkat adopsi kripto suatu negara antara Januari 2021 dan Juni 2022 pada sumbu horizontal.

Gambar hubungan kripto dan sektor keuangan luas. Sumber: BIS.

Langkah ini berfungsi sebagai proksi untuk kerugian yang kemudian ditimbulkan selama crash Terra Luna oleh investor kripto. Sumbu vertikal memplot perubahan harga ekuitas lokal (Grafik 3.A) atau kondisi keuangan (Grafik 3.B) selama guncangan Terra Luna (titik merah) dan keruntuhan FTX (titik biru).

Setiap titik mewakili sebuah negara, dan garis menunjukkan perkiraan hubungan antara penggunaan kripto dan kondisi dalam sistem keuangan yang lebih luas.

Kesimpulannya, guncangan pada pasar kripto tidak berdampak pada sektor keuangan secara agregat. Namun analis BIS mengatakan, apabila kripto sudah lebih menyatu dengan ekonomi riil dan sistem keuangan tradisional, maka dampak dari guncangan di dunia kripto bisa jauh lebih besar.

Anggita Hutami

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.