Hyperliquid Delisting JELLY Usai Vault Terkena Squeeze Rp200 Miliar

Dilla Fauziyah

27th March, 2025

Hyperliquid, exchange terdesentralisasi (DEX) derivatif, memutuskan untuk delisting sepihak perpetual futures terkait token JELLY setelah mengidentifikasi adanya aktivitas pasar mencurigakan dalam perdagangan token tersebut.

“Setelah adanya bukti aktivitas pasar yang mencurigakan, validator melakukan rapat dan memilih untuk delist JELLY perpetual,” tulis Hyperliquid dalam postingan di X pada Kamis (26/3/2025).

Founder AP Collective, Abhi, membagikan kronologi peristiwa ini lewat akun X miliknya. Menurutnya, aksi bermula saat seorang trader membuka posisi short senilai US$6 juta terhadap token JELLYJELLY, lalu secara sengaja melakukan likuidasi mandiri dengan menaikkan harga JELLY di jaringan on-chain.

Tindakan ini membuat sistem HLP, yang berfungsi sebagai penyedia likuiditas otomatis dan terhubung langsung dengan mesin likuidasi HyperLiquid, menyerap kerugian besar akibat posisi tersebut. Hingga kini, kerugian yang tercatat mencapai US$13,5 juta atau lebih dari Rp200 miliar dalam bentuk unrealized loss.

“Hyperliquid dapat menghadapi likuidasi penuh jika JellyJelly mencapai kapitalisasi pasar US$150 juta,” tulis Abhi.

Untuk membatasi dampak yang lebih luas, tim HyperLiquid kemudian menutup pasar JELLY secara paksa dan menyelesaikan harga kontraknya di level US$0,0095. Harga tersebut sangat jauh di bawah harga referensi dari DEX, yang saat itu berada di sekitar US$0,50.

“Pengembalian dana akan dilakukan otomatis dalam waktu dekat, kecuali untuk alamat-alamat yang ditandai. Ini akan dilakukan secara otomatis dalam beberapa hari mendatang berdasarkan data onchain,” jelas Hyperliquid.

Token JELLY sendiri merupakan aset kripto yang dikembangkan oleh Iqram Magdon-Ismail, Co-Founder Venmo, sebagai bagian dari proyek media sosial Web3 bernama JellyJelly.

Token ini sempat memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$250 juta, namun nilainya anjlok drastis menjadi hanya US$25 juta per 26 Maret 2025, menurut data DEXScreener. Harga JELLY sempat melonjak ke US$0,043 sebelum akhirnya turun kembali ke US$0,023, mencatat kenaikan 73% dalam 24 jam terakhir.

Baca juga: HYPE Turun 8% Usai Likuidasi Whale Picu Kerugian Rp65 Miliar di Hyperliquid

HYPE Turun Drastis

Insiden ini juga berdampak langsung ke token native milik HyperLiquid, yakni HYPE. Harga HYPE turun drastis dari US$16 ke level terendah harian US$13, mencatat penurunan hingga 20% dalam 24 jam. Adapun, kapitalisasi pasar HYPE tetap menyusut menjadi US$4,9 miliar.

Grafik harga HYPE dalam 24 jam terakhir. Sumber: CoinMarketCap

Ini bukan kali pertama HyperLiquid menjadi sorotan. Pada 12 Maret 2025, seorang whale sempat membuka posisi long Ethereum senilai US$306 juta, menarik US$17 juta dalam USDC, dan mengantongi keuntungan sekitar US$1,86 juta.

Meskipun sempat muncul tuduhan eksploitasi, pihak HyperLiquid membantahnya, dan menyatakan bahwa peristiwa tersebut murni dampak dari keterbatasan mesin perdagangan mereka yang tidak siap menangani posisi sebesar itu.

Sebagai langkah pencegahan lanjutan, HyperLiquid telah meningkatkan persyaratan margin pemeliharaan menjadi 20% untuk posisi dengan leverage tinggi, guna mengurangi risiko kerugian serupa di masa depan.

Baca juga: Hyperliquid Perketat Margin Usai Terpukul Likuidasi Rp65 Miliar

Dilla Fauziyah

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.