Eksodus Penambang Bitcoin China ke Ethiopia Picu Kekhawatiran

Anisa Giovanny

13th February, 2024

Larangan keras terhadap penambangan Bitcoin di China telah mendorong para penambang di negara tersebut untuk mencari negara di mana aktivitas penambangan masih diizinkan dengan biaya yang lebih rendah.

Menurut Luxor Technology, Ethiopia di Afrika menjadi pilihan utama para penambang Bitcoin asal China. Ethan Vera, Chief Operations Officer di Luxor Technology, menyatakan, “Ethiopia menawarkan kombinasi unik antara listrik yang terjangkau dan pemerintah yang mendukung penambangan Bitcoin.”

Baca juga: Administrasi Biden akan Lakukan Survei Darurat Mining Bitcoin

Para penambang ini mendapat manfaat dari sumber daya tenaga air yang melimpah di Ethiopia dan tarif listrik kompetitif yang disediakan oleh Ethiopian Electric Power (EEP).

EEP menerapkan tarif tetap sebesar 3,14 sen AS per kilowatt-jam, sebanding dengan tarif di Texas tetapi dengan stabilitas yang lebih baik. Selain itu, iklim sedang di Ethiopia sesuai dengan kondisi optimal untuk operasi rig penambangan. Tarif listrik di negara Afrika bagian timur itu juga lebih murah dibandingkan di China yang memiliki biaya rata-rata US$0,10 per kWh.

Pasokan listrik di Ethiopia juga memiliki potensi untuk bersaing dengan kemampuan Texas dalam beberapa tahun ke depan, dengan banyaknya bendungan dan sumber energi terbarukan yang telah dibangun dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Hubungan China dan Kripto yang Kompleks, Apa yang Perlu Kita Tahu?

Risiko Ketidakadilan Penggunaan Energi di Ethiopia

Ethiopia masih melarang perdagangan aset kripto, negara tersebut mengizinkan penambangan Bitcoin pada tahun 2022. Kedatangan penambang Bitcoin China ke negara tersebut turut didukung oleh dinamika geopolitik kedua negara.

China telah berinvestasi dalam pembangunan pembangkit listrik GERD yang akan meningkatkan produksi listrik negara menjadi 5,3 gigawatt di Etiopia.

Berdasarkan laporan Bloomberg yang dikutip dari Cryptonews, perusahaan listrik milik negara Ethiopia telah menandatangani perjanjian dengan 21 perusahaan penambangan Bitcoin, dengan 19 di antaranya berasal dari China.

Namun kerja sama dan eksodus penambang Bitcoin dari China ini bukan tanpa masalah dan risiko. Ada kekhawatiran beberapa perusahaan berpura-pura menjadi sesuatu yang lain, seperti pabrik atau peternakan, sehingga mereka dapat menggunakan listrik tanpa izin resmi untuk penambangan Bitcoin.

Sumber daya air di Ethiopia juga digunakan bukan hanya untuk tenaga listrik pertambangan, tetapi dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan, dan lain sebagainya.

Hal ini memicu kekhawatiran lain jika maraknya penambangan Bitcoin di negara tersebut akan menyulitkan kehidupan masyarakatnya, yang hampir setengah populasinya tidak memiliki akses listrik.

Baca juga: Nigeria, Negara Kedelapan di Afrika Pengguna ATM Bitcoin

Anisa Giovanny

Anisa tertarik dengan dunia tulis menulis dan copyediting sejak bangku SMA dan diperdalam di dunia perkuliahan. Saat ini tertarik dan tengah mendalami bidang ekonomi terutama terkait investasi dan cryptocurrency

Anisa tertarik dengan dunia tulis menulis dan copyediting sejak bangku SMA dan diperdalam di dunia perkuliahan. Saat ini tertarik dan tengah mendalami bidang ekonomi terutama terkait investasi dan cryptocurrency