Bitcoin Makin Mirip Emas Digital, Ini Buktinya!

Anggita Hutami

4th April, 2023

Penelitian dari firma analitik Kaiko menemukan bahwa korelasi Bitcoin dengan emas melonjak pada Maret 2023 dalam setahun terakhir.

Korelasi ini dapat memiliki arti, mungkin Bitcoin beralih status sebagai aset yang tidak berisiko. Kaiko menyebutkan, korelasi BTC dengan emas berada di angka 50%, sedangkan korelasi BTC dengan saham berada di angka 20%. 

Korelasi Bitcoin dan emas. Sumber: Kaiko

“Ini merupakan perubahan yang signifikan karena selama tahun 2022, Bitcoin dan emas sebagian besar tidak berkorelasi,” kata analis Kaiko Dessislava Aubert kepada Decrypt.

Tingginya korelasi emas dan Bitcoin ini semakin meningkatkan narasi bahwa Bitcoin adalah emas digital. Sejak 2021 narasi terkait hal tersebut kencang digaungkan karena sifat-sifat BTC yang mirip dengan emas, yakni: langka, terbatas, dan dapat dibagi. 

Salah satu yang yakin bahwa aset temuan Satoshi Nakamoto ini merupakan emas digital adalah ekonom Deutsche Bank, Marion Laboure. Ia meyakini bahwa Bitcoin (BTC) berpotensi menjadi emas digital.

Marion Laboure dikenal sebagai pengajar bidang keuangan dan ekonomi di Universitas Harvard. Business Insider menyematkan namanya sebagai eleven crypto-currency masterminds 2023.

Deutsche Bank adalah sebuah bank investasi multinasional yang berbasis di Jerman. Lembaga tersebut menyediakan layanan penyelesaian pembayaran melalui Eurogiro, yang dapat digunakan oleh bursa untuk membantu transaksi fiat-to-crypto.

Dasar Pernyataan “Bitcoin Emas Digital”

Menurut Laboure, Bitcoin memenuhi karakteristik sebagai lindung nilai terhadap kenaikan inflasi dan ketidakpastian kondisi keuangan saat pandemi Covid-19 melanda.

Bitcoin dianggap aset yang tepat sebagai lindung nilai dikarenakan pasokannya yang terbatas. Jumlah maksimum Bitcoin beredar hanya di bawah 21 juta. Adapun, sekitar 89% dari total pasokan Bitcoin sudah beredar di pasar.

Alasan selanjutnya, merujuk sejarah keuangan dalam beberapa abad sebelumnya, Laboure mengatakan bahwa masyarakat cenderung beralih ke aset yang tidak terkait dengan yuridiksi pemerintah, seperti emas.

Peningkatan kontrol pemerintah atas masyarakat dapat menjadi faktor yang membuat Bitcoin semakin menarik. Sejarah menunjukkan bahwa selama bertahun-tahun, ketika pemerintah semakin mengendalikan populasi, orang-orang cenderung beralih ke aset yang tidak terkait dengan yurisdiksi pemerintah.

Marion Laboure.

Sebagai contoh, pada masa Great Depression 1930 di Amerika Serikat, banyak orang kehilangan kepercayaan pada sistem keuangan dan perbankan. Akibatnya, orang-orang tersebut beralih ke emas sebagai alternatif investasi yang lebih stabil dan dapat diandalkan.

Selain itu, merujuk pada beberapa negara yang sempat mengalami hiperinflasi seperti Zimbabwe dan Venezuela. Saat itu, masyarakat kedua negara tersebut mencari perlindungan aset pada emas atau mata uang yang lebih stabil.

Meskipun memiliki pandangan positif, ia juga memperkirakan harga Bitcoin akan sangat fluktuatif dalam beberapa tahun ke depan.

Laboure juga tidak yakin bahwa Bitcoin dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk tujuan besar. Sebab, likuiditas dan perdagangannya sangat rendah dibandingkan dengan aset lain.

Baca Juga: JPMorgan: Institusi Lebih Pilih Beli Bitcoin daripada Emas

Tantangan Kripto

Marion Laboure mengatakan bahwa kepastian regulasi merupakan masalah utama yang dihadapi oleh industri kripto, termasuk Bitcoin. Di satu sisi kelonggaran regulasi memberikan keuntungan bagi pengguna lama. Namun, ini akan menghambat investor baru.

Selain itu, dampak lingkungan dari mining kripto kerap menjadi sorotan. Sebab, menurut laporan awal 2021, konsumsi listrik tahunan yang dibutuhkan mining Bitcoin setara dengan konsumsi listrik 30 negara teratas di dunia.

Anggita Hutami

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.

Menekuni bidang jurnalistik sejak 2017. Fokus pada isu investasi keuangan, ekonomi, dan kebijakan publik.