Bitcoin Anjlok ke US$110.000 Usai The Fed Pangkas Suku Bunga AS

Dilla Fauziyah

30th October, 2025

Harga Bitcoin (BTC) kembali tergelincir hampir 2% ke kisaran US$110.000 setelah bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), memangkas suku bunga acuan dan menghentikan program Quantitative Tightening (QT) pada awal Desember 2025.

Menurut data CoinMarketCap pada Kamis (30/10/2025) pagi, harga Bitcoin sempat turun dari US$113.600 ke titik terendah harian di US$109.755 sebelum rebound tipis ke US$110.900 hingga berita ini ditulis.

Volume transaksi harian juga tercatat menurun 11% menjadi US$58 miliar, sementara kapitalisasi pasar Bitcoin melemah 1% ke US$2,21 triliun.

Grafik harian BTC/USD. Sumber: CoinMarketCap

Aset kripto lainnya turut terkoreksi, dengan Ethereum (ETH) turun 1% ke US$3.945 dan XRP melemah hampir 2% ke US$2,58. Total kapitalisasi pasar kripto global tercatat menyusut ke US$3,74 triliun.

Baca juga: Analis Prediksi Bitcoin Mustahil Turun di Bawah US$100.000 Jika Skenario Ini Terjadi

The Fed Pangkas Suku Bunga dan Hentikan QT

Federal Reserve Open Market Committee (FOMC) memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, menurunkan target Federal Funds Rate (FFR) ke kisaran 3,75%–4%. Keputusan ini sekaligus menandai penghentian kebijakan Quantitative Tightening (QT), yang selama dua tahun terakhir digunakan untuk mengurangi neraca keuangan bank sentral.

Secara historis, pemangkasan suku bunga biasanya mendorong harga aset berisiko seperti saham dan kripto. Namun, kali ini respons pasar tampak datar karena keputusan The Fed sudah lama diantisipasi.

Menurut Matt Mena, analis pasar di perusahaan investasi 21Shares, keputusan tersebut telah “sepenuhnya diperhitungkan oleh investor” bahkan sebelum pengumuman resmi.

“November adalah salah satu bulan terbaik bagi Bitcoin, dengan delapan dari dua belas tahun terakhir mencatatkan imbal hasil positif rata-rata 46%. Kami masih melihat peluang realistis bagi Bitcoin untuk menembus level tertinggi sepanjang masa sebelum akhir tahun,” ujar Mena, dikutip dari Cointelegraph.

Baca juga: Bitcoin Rebound ke US$115.000, Didorong Sinyal Damai AS-Tiongkok

The Fed Lebih Hati-Hati Hadapi Ketidakpastian Ekonomi

Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa meskipun pemangkasan suku bunga dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar tenaga kerja, kebijakan selanjutnya akan diambil dengan lebih hati-hati.

Powell menyebut keterbatasan data ekonomi akibat government shutdown membuat mereka harus “berlaku seperti pengemudi di tengah kabut, melambat agar tidak salah langkah.”

Ia juga menyoroti meningkatnya perbedaan pandangan di internal FOMC antara pihak yang ingin melanjutkan pelonggaran kebijakan dan pihak yang lebih konservatif terhadap risiko inflasi.

Perbedaan pandangan ini menimbulkan ketidakpastian baru di pasar keuangan, termasuk bagi aset kripto yang sensitif terhadap perubahan likuiditas dolar AS.

Selain itu, ketegangan dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat juga memperburuk sentimen investor global, membatasi aliran dana ke aset berisiko seperti Bitcoin.

The Fed memulai siklus penurunan suku bunga pada September 2025 dengan pemangkasan pertama sebesar 25 basis poin. Langkah tersebut sempat mendorong harga Bitcoin ke rekor tertinggi di atas US$125.000. Namun, tanpa dorongan likuiditas baru, pasar kini menunjukkan tanda-tanda konsolidasi.

Dengan inflasi yang belum sepenuhnya terkendali dan ketidakpastian geopolitik yang meningkat, investor kripto cenderung menunggu arah kebijakan The Fed berikutnya sebelum mengambil posisi agresif.

Baca juga: ETF Bitcoin AS Catat Outflow Rp20 Triliun, Rekor Terbesar Kedua Sepanjang Masa

Dilla Fauziyah

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.