Analis Sebut Harga Bitcoin Masih Bisa Turun ke US$50.000
5th August, 2024
Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami penurunan signifikan di tengah kondisi ekonomi makro yang bergejolak, di mana nilainya kini berada di level US$54.000, mengikuti tren serupa yang terlihat pada awal Juli 2024.
Sejak 2 Agustus, performa Bitcoin mulai merosot tajam dari US$65.700 hingga mencapai titik terendah di US$53.875. Hingga artikel ini (5/8/2024), harga Bitcoin diperdagangkan di sekitar US$54.200, mencatat penurunan lebih dari 10% dalam 24 jam terakhir, menurut data CoinMarketCap.
Baca juga: Harga Bitcoin Ambles ke US$54 Ribu, Ini Penyebabnya!
Ekonomi AS Melemah, Ciptakan Risiko Bagi Kripto
Head of Research dari 10x Research, Markus Thielen, dalam laporannya menyatakan bahwa penurunan terbaru ini disebabkan oleh badai ekonomi yang sedang berkembang di AS.
Thielen mencatat bahwa Bitcoin akhir-akhir telah mengalami volatilitas tinggi, dengan harganya yang sempat naik karena meningkatnya minat institusional terhadap ETF Bitcoin spot dan ketahanan Bitcoin di tengah proses ganti rugi Bitcoin kepada kreditur exchange kripto Mt. Gox.
Namun, sentimen pasar berubah cepat ketika Federal Reserve AS memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dan mengakui bahwa ekonomi di negaranya lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya.
Baca juga: Harga Bitcoin Alami Volatilitas Tinggi di Tengah Kondisi Ekonomi Makro Global
Keputusan ini meningkatkan kekhawatiran terutama terkait perbedaan antara kinerja kuat pasar saham dan indikator ekonomi yang melemah yang ditunjukkan pada Purchasing Manager Index (PMI) dari Institute of Supply Management (ISM) atau PMI Manufaktur ISM AS.
Sebagai informasi, PMI Manufaktur merupakan indikator bulanan penting yang menggambarkan aktivitas industri pada sebuah negara. Biasanya, PMI Manufaktur dapat berdampak pada berbagai aset berisiko, termasuk kripto.
Thielen menyarankan bahwa jika pasar saham mengikuti tren penurunan PMI Manufaktur, saham kemungkinan akan turun signifikan dalam beberapa kuartal mendatang yang akan diikuti oleh penurunan aset kripto secara luas.
“Secara historis, Bitcoin mengalami koreksi tajam ketika PMI Manufaktur ISM mencapai puncaknya. Yang membuat situasi ini sangat berbahaya adalah efek berkelanjutan dari stimulus COVID-19 dan dukungan agresif pemerintah AS, yang mungkin telah menggelembungkan pasar saham secara artifisial,” tulisnya.
Adapun, peluang resesi pada tahun 2025 yang semakin meningkat semakin mendukung prediksi Thielen. Jika skenario ini terwujud, Bitcoin bisa mengalami penjualan besar-besaran, mengulang kondisi resesi terdahulu pada tahun 2001 dan 2007.
“Ini akan berdampak negatif yang substansial bagi Bitcoin juga. Jika skenario ini terwujud, harga Bitcoin bisa kembali ke level US$50.000 dan bahkan lebih rendah lagi,” pungkas Thielen.
Baca juga: Harga Bitcoin Berpeluang Sentuh US$100 Ribu di Akhir 2024