Analis McKinsey Sebut Pasar Tokenisasi Aset Bakal Tembus US$2 triliun

Dilla Fauziyah

24th June, 2024

Analis dari McKinsey & Company memproyeksikan bahwa kapitalisasi pasar dari tokenisasi aset keuangan bisa mencapai US$2 triliun pada 2030. Angka tersebut berpotensi meningkat dua kali lipat jika kondisi pasar bullish.

Menurut riset mereka berjudul From ripples to waves: The transformational power of tokenizing assets yang dipublikasikan pada 20 Juni, para analis McKinsey menggarisbawahi bahwa tokenisasi aset kini tengah memasuki fase pertumbuhan yang signifikan.

Faktor-faktor pendorong utama yang mempercepat perkembangan sektor tokenisasi termasuk kemajuan teknologi blockchain serta regulasi yang semakin jelas terkait akses data dan keamanan.

Kelas aset yang diprediksi akan mengalami pertumbuhan pesat ini mencakup reksadana, obligasi, Exchange-Traded Notes (ETN), pinjaman, sekuritisasi, dan dana alternatif.

Adapun Adopsi ini diperkirakan akan terjadi dalam beberapa gelombang. Pada tahap awal, fokus akan tertuju pada kasus penggunaan dengan potensi pengembalian investasi yang sudah terbukti dan pasar yang luas. Gelombang berikutnya akan mencakup kelas aset dengan pangsa pasar yang lebih kecil.

Baca juga: Mengenal Real World Assets (RWA): Tokenisasi Aset Nyata Dalam 5 Menit

Tantangan dalam Adopsi Awal

Meskipun prospeknya menjanjikan, analis mencatat bahwa adopsi tokenisasi saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait dengan modernisasi infrastruktur keuangan yang ada.

“Tokenisasi aset sedang bertransisi dari tahap uji coba menuju penerapan skala besar. Meskipun adopsi secara luas belum terjadi, institusi keuangan yang sudah menguasai teknologi blockchain akan memiliki keunggulan strategis,” kata para analis dari McKinsey & Co.

Salah satu hambatan utama adalah kompleksitas dalam inovasi awal. Penerbitan token mungkin relatif mudah dan dapat direproduksi dengan cepat, namun untuk mencapai skala yang besar diperlukan adanya efek jaringan. Efek ini terjadi ketika pengguna mulai merasakan manfaat utama dari tokenisasi, seperti penghematan biaya, peningkatan likuiditas, atau tingkat kepatuhan yang lebih baik.

Selain itu, masalah likuiditas yang terbatas dalam teknologi tokenisasi serta keharusan untuk menawarkan manfaat yang lebih besar dibandingkan sistem keuangan tradisional juga menjadi tantangan tersendiri.

Saat ini, beberapa institusi keuangan besar di AS telah mulai meluncurkan produk tokenisasi dan terus berinovasi di bidang ini. Misalnya, BlackRock telah memperkenalkan Dana Likuiditas Digital Institusional BlackRock USD (BUIDL) untuk mendukung tokenisasi aset. 

Chainlink dan Depository Trust and Clearing Corporation (DTCC) juga telah menyelesaikan program pilot untuk meningkatkan tokenisasi dana keuangan tradisional pada Mei lalu.

Di Indonesia sendiri, PT Pegadaian telah berkolaborasi dengan PT Indonesia Blockchain Persada (Blokctogo) untuk merilis token GIDR yang memiliki nilai setara dengan emas.

CEO Blocktogo, Muhammad Yafi, mengungkapkan bahwa inisiatif tokenisasi ini dimaksudkan untuk bisa menjadi bagian dari portofolio investasi para investor digital aset kripto yang jumlahnya di Indonesia kini telah menembus angka 20 juta.

Baca juga: Pegadaian dan Blocktogo Rilis Tokenisasi Emas (GIDR)

Dilla Fauziyah

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.

Dilla mulai menunjukkan minat menulis sejak SMP. Saat ini sedang mendalami bidang jurnalistik dan kripto.