Altcoin Ambruk, Likuidasi Kripto Tembus Rp21 Triliun
4th November, 2025
Pasar aset kripto mengalami koreksi tajam pada Selasa (4/11/2025), dengan mayoritas altcoin memimpin penurunan di tengah meningkatnya kepanikan investor terhadap kondisi makroekonomi global dan gejolak di pasar keuangan digital.
Menurut data CoinGlass, total posisi senilai US$1,26 miliar atau sekitar Rp21 triliun di pasar derivatif kripto mengalami likuidasi dalam 24 jam terakhir. Dari jumlah tersebut, posisi long menjadi yang paling terpukul, dengan nilai likuidasi mencapai US$1,13 miliar atau sekitar Rp19 triliun hanya dalam sehari.

Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) mencatat jumlah likuidasi terbesar, disusul oleh Solana (SOL) dan sejumlah altcoin utama lainnya.
Baca juga: 5 Unlock Token Terbesar di November 2025
Altcoin Jadi Korban Terbesar
Tekanan jual masif dimulai setelah harga Bitcoin sempat jatuh ke titik terendah harian di US$105.300 sebelum sedikit pulih ke US$106.900. Meski demikian, aset terbesar di pasar kripto itu masih mencatat penurunan sekitar 2% dalam 24 jam terakhir.
Altcoin mengalami koreksi lebih dalam. Ethereum turun 4% ke level US$3.600, sementara XRP dan BNB anjlok sekitar 5%. Solana menjadi salah satu yang paling terpukul, ambruk hingga 9%. Meme coin besar seperti Dogecoin (DOGE) dan Shiba Inu (SHIB) masing-masing turun 6%, sedangkan Pepe (PEPE) merosot 10%.

Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global turun 3% menjadi US$3,56 triliun.
Adapun indeks Fear and Greed kripto yang mengukur sentimen pasar kini terus jatuh ke skor 21 dari 100, menunjukkan kondisi Extreme Fear atau ketakutan ekstrem di antara trader, yang membuat mereka menahan diri untuk masuk ke aset berisiko seperti kripto.

Baca juga: Rp18 Triliun Kripto Terlikuidasi Meski The Fed Pangkas Suku Bunga, Ini Alasannya
Kombinasi Tekanan Makro dan Sentimen Negatif
Laporan TradingView menyebutkan, penurunan ini dipicu oleh sikap hati-hati Federal Reserve (The Fed) setelah keputusan suku bunga terbarunya. Meskipun bank sentral AS tersebut memangkas suku bunga minggu lalu dan mengisyaratkan akhir dari kebijakan quantitative tightening pada Desember, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga tambahan belum tentu dilakukan pada akhir tahun.
Sikap hati-hati tersebut menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan investor, terutama karena pasar sebelumnya berharap akan adanya pelonggaran kebijakan moneter yang lebih agresif.
Tekanan makin bertambah setelah protokol DeFi Balancer dilaporkan mengalami peretasan besar pada 3 November 2025. Insiden itu menyebabkan lebih dari US$128 juta sekitar Rp2,1 triliun aset digital raib, termasuk Ethereum dan berbagai altcoin lain.
Selain itu, kontroversi seputar exchnage kripto MEXC turut memperburuk suasana pasar. Sejumlah pengguna menuduh platform tersebut membekukan penarikan dana, memicu rumor kebangkrutan. Meskipun MEXC kemudian merilis laporan proof-of-reserves (PoR) untuk membuktikan cadangan asetnya memadai, insiden tersebut kembali menggoyahkan kepercayaan terhadap exchange terpusat (CEX).
Data dari Farside menunjukkan, arus keluar besar juga terjadi pada produk ETF Bitcoin spot di AS. Sepanjang minggu lalu, total dana keluar mencapai US$1,15 miliar, dengan penarikan terbesar berasal dari BlackRock, ARK Invest, dan Fidelity.
Baca juga: Protokol DeFi Balancer Kena Hack, Total Kerugian Sentuh Rp2,1 Triliun