Bitcoin Terancam Jatuh ke US$88.000, Analis Peringatkan Potensi Koreksi Besar
31st October, 2025
Harga Bitcoin (BTC) kian turun mendekati US$106.000 setelah berbulan-bulan bergerak datar di kisaran US$100.000–US$120.000 sepanjang 2025. Menurut laporan terbaru Glassnode, aset kripto terbesar ini berpotensi mengalami koreksi lebih dalam karena gagal mempertahankan level penting di US$113.000 yang menjadi batas psikologis bagi investor jangka pendek.
Dalam laporannya, Glassnode menjelaskan bahwa level US$113.000 merupakan short-term holdercost basis, yakni harga rata-rata pembelian investor yang masuk dalam 155 hari terakhir. Posisi ini menjadi ambang penting bagi keberlanjutan tren bullish. Namun, Bitcoin berulang kali gagal menembusnya, menandakan momentum pasar mulai melemah.
Jika tren ini berlanjut, Glassnode memperingatkan kemungkinan harga Bitcoin terkoreksi hingga ke US$88.000, yang menjadi realized price investor aktif.

Level ini kerap menjadi titik bawah selama fase koreksi besar, dan sempat hampir tersentuh saat koreksi “tariff tantrum” pada April 2025.
Baca juga: Rp18 Triliun Kripto Terlikuidasi Meski The Fed Pangkas Suku Bunga, Ini Alasannya
Sentimen Investor Mulai Melemah
Selain tekanan teknikal, sentimen investor juga mulai rapuh. Berdasarkan data Glassnode, kelompok investor jangka pendek kini menjual dalam kondisi rugi. Indikator Short-Term Holder Net Unrealized Profit/Loss (STH-NUPL) berada di level –0,05 saat harga Bitcoin berkisar US$107.000, menandakan kerugian ringan namun mencerminkan turunnya kepercayaan pasar.

Walau belum mencapai level kapitulasi penuh di sekitar –0,2, indikator tersebut menunjukkan bahwa tekanan jual dari pelaku pasar jangka pendek meningkat dan risiko koreksi lanjutan masih terbuka.
Tekanan jual juga datang dari investor jangka panjang. Data Long-Term Holder Net Position Change mencatat penurunan sekitar 104.000 BTC sepanjang Oktober 2025, menandai distribusi terbesar sejak Juli. Menurut Glassnode, harga Bitcoin baru berpeluang pulih jika kelompok investor ini kembali beralih dari fase penjualan ke akumulasi.
Sementara itu, pasar derivatif mulai menunjukkan tanda stabilisasi setelah krisis likuidasi besar pada Oktober. Volatilitas yang terealisasi turun ke sekitar 43%, dan aktivitas lindung nilai terhadap penurunan harga juga berkurang.
Indikator one-week options skew, yang sempat melonjak di atas 20% saat pasar panik bulan lalu, kini kembali mendekati posisi netral. Kondisi ini menunjukkan bahwa meski pasar masih berhati-hati, tekanan ekstrem sudah mulai mereda.

Baca juga: Bitcoin Anjlok ke US$110.000 Usai The Fed Pangkas Suku Bunga AS
Fase Konsolidasi Masih Berlanjut
Secara keseluruhan, Glassnode menilai pasar Bitcoin saat ini memasuki fase konsolidasi pascakrisis Oktober. Walau kepanikan besar tampak mereda, kepercayaan investor dan permintaan struktural masih lemah.
Pemulihan harga yang lebih kuat diperkirakan baru akan terjadi jika muncul kembali keyakinan investor terhadap prospek jangka menengah Bitcoin serta pergeseran perilaku dari tekanan jual menuju akumulasi.
“Peningkatan distribusi pemegang jangka panjang dan volume transfer yang tinggi ke bursa menandakan fase kelelahan permintaan, menunjukkan bahwa pasar mungkin memerlukan periode konsolidasi yang lebih lama untuk memulihkan kepercayaan. Hingga pemegang jangka panjang kembali ke fase akumulasi, pemulihan kenaikan harga kemungkinan besar akan tetap terbatas,” pungkas Glassnode.
Hingga artikel ini ditulis (31/10/2025), Bitcoin diperdagangkan di bawah US$110.000, turun sekitar 1% dalam 24 jam terakhir menurut data CoinMarketCap.
Baca juga: Donald Trump Sepakat Pangkas Tarif Impor Tiongkok Usai Bertemu Xi Jinping di Korsel
 
                                 
                                 
                                