Bitcoin Mulai Kehilangan Tenaga, Sulit Tembus US$125.000 Tahun Ini
5th November, 2025
Harga Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan tanda-tanda kelelahan setelah sempat mencetak rekor tertinggi di awal Oktober. Kini, sejumlah analis menilai target ambisius yang sempat digembar-gemborkan untuk akhir 2025 tampaknya semakin sulit tercapai.
Menurut data CoinMarketCap, harga Bitcoin telah turun sekitar 18% dalam sebulan terakhir, dari level US$124.000 ke level terendah di bawah US$100.000 per 5 November 2025. Penurunan tajam ini turut menyeret kapitalisasi pasar Bitcoin dari US$2,4 triliun menjadi hanya US$2,01 triliun.
Penurunan ini diikuti dengan anjloknya kapitalisasi pasar Bitcoin dari US$2,4 triliun ke hanya US$2,01 triliun pada periode yang sama.

Kondisi pasar yang melemah juga tercermin pada Indeks Fear & Greed, yang anjlok ke skor 22 dari 100, menunjukkan pasar tengah berada dalam fase Extreme Fear atau ketakutan ekstrem, menunjukkan bahwa pelaku pasar mengurangi eksposur terhadap aset berisiko seperti kripto.

Dalam laporan Bitfinex Alpha terbaru, analis memperingatkan bahwa jika harga tidak segera pulih di atas kisaran saat ini, waktu akan menjadi musuh utama bagi investor bullish.
“Stagnasi harga yang terlalu lama secara historis dapat mengikis sentimen pasar dan meningkatkan risiko distribusi paksa,” tulis Bitfinex.
Baca juga: Bitcoin Jatuh ke US$100.000, Terlemah Sejak Juni 2025
Tekanan Jual dari Investor Jangka Panjang
Bitfinex menjelaskan bahwa penurunan tajam ini terutama disebabkan oleh aksi jual besar-besaran dari pemegang Bitcoin jangka panjang (long-term holders). Tekanan tersebut muncul karena kelompok investor lama mulai melepas kepemilikan mereka di tengah permintaan pasar yang melemah.
“Arus keluar yang berkelanjutan dari kelompok investor lama ini menunjukkan tanda-tanda kelelahan di seluruh pasar,” tulis tim analis Bitfinex.
Mereka juga menambahkan bahwa jika Bitcoin gagal rebound ke atas US$116.000 dalam waktu dekat, potensi penurunan lanjutan bisa terjadi menjelang akhir tahun.
Situasi ini berbanding terbalik dengan optimisme tinggi di awal Oktober, ketika dua tokoh ternama di industri kripto, Chairman BitMine Tom Lee dan Co-founder BitMEX Arthur Hayes masih yakin bahwa harga Bitcoin dapat mencapai US$200.000 hingga US$250.000 sebelum akhir tahun 2025.
Namun, pelemahan pasar yang terus berlanjut dalam beberapa minggu terakhir membuat proyeksi tersebut semakin jauh dari kenyataan.
Mengutip laporan Cointelegraph, analis Houston Morgan dari ShapeShift bahkan menilai target realistis Bitcoin kini hanya berada di kisaran US$125.000.
“Kami tidak melihat harga kripto bisa naik lebih tinggi dari US$125.000 tahun ini,” ujarnya.
Target ini bahkan sedikit di bawah rekor tertinggi Bitcoin pada 4 Oktober lalu di US$126.000.
Morgan juga menilai, agar reli baru bisa terjadi, Bitcoin perlu melepaskan korelasinya dengan faktor politik, khususnya pengaruh dari kebijakan dan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kerap mengguncang sentimen pasar.
Baca juga: Altcoin Ambruk, Likuidasi Kripto Tembus Rp21 Triliun
Bagaimana Prospek Bitcoin di Tahun Depan?
Meski prospek 2025 tampak suram, sebagian analis tetap optimistis terhadap arah pergerakan Bitcoin tahun depan. Chief Investment Officer Bitwise Matt Hougan memperkirakan 2026 bisa menjadi tahun positif bagi Bitcoin, seiring dengan siklus pasar pasca-halving yang biasanya memicu momentum baru.
Namun, tidak semua sepakat dengan pandangan tersebut. Andrew Lokenauth, analis keuangan independen, justru menilai 2026 berpotensi menjadi tahun bearish, mengikuti pola yang sering muncul pada pertengahan siklus sebelumnya.
Sementara itu, trader veteran Peter Brandt memperingatkan bahwa Bitcoin masih bisa turun hingga US$60.000 sebelum menemukan titik dasar baru untuk memulai reli jangka panjang berikutnya.
Baca juga: 7 Prediksi Harga Bitcoin 2025 dari Para Analis dan Tokoh Industri Kripto Dunia