Regulator Swiss Selidiki Sistem Tiket Blockchain FIFA Jelang Piala Dunia 2026
7th October, 2025
Gespa, otoritas pengawas perjudian di Swiss, telah membuka penyelidikan awal terhadap penjualan token berbasis blockchain yang diluncurkan oleh Federasi Sepak Bola Dunia atau Fédération Internationale de Football Association (FIFA), yang memungkinkan penggemar menukarkan token tersebut dengan tiket pertandingan Piala Dunia 2026.
Menurut laporan Bloomberg pada Senin (6/10/2025), penyelidikan ini bertujuan menentukan apakah program “Right-to-Buy” (RTB) milik FIFA termasuk dalam kategori perjudian atau hanya menawarkan hak bersyarat untuk membeli tiket.
“Berdasarkan penilaian internal awal, tidak dapat dikesampingkan bahwa layanan di situs FIFA Collect mungkin relevan di bawah undang-undang perjudian,” ujar Direktur Gespa, Manuel Richard.
Richard menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan pengumpulan data lebih lanjut untuk memutuskan apakah tindakan regulasi diperlukan. Ia juga menegaskan bahwa sejauh ini Gespa belum menerima laporan pelanggaran apa pun terkait platform FIFA, dan investigasi dilakukan semata-mata untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum Swiss.
Baca juga: 7 Peningkatan Utama dari Upgrade Alpenglow Solana
Tiket Digital dengan Mekanisme Unik
Program Right-to-Buy pertama kali diperkenalkan oleh FIFA pada 2024, dan kini diperluas untuk Piala Dunia 2026 yang akan berlangsung di 16 kota di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Token ini memungkinkan pemegangnya membeli tiket pertandingan tertentu secara prioritas, bahkan sebelum detail kursi dan tim yang bertanding diumumkan.
Token dapat diperjualbelikan di marketplace resmi FIFA Collect yang dioperasikan bersama Modex Tech Ltd., perusahaan blockchain asal Swiss dan Gibraltar.
Beberapa token dikaitkan dengan tim nasional tertentu dan hanya bisa digunakan jika tim tersebut berhasil melaju ke babak yang dimaksud. Misalnya, token “Right to Final: Argentina” memberi hak bagi pemegangnya untuk membeli tiket final jika Argentina berhasil mencapai laga puncak. Token ini dijual seharga US$999 atau sekitar Rp16,5 juta dan sudah habis terjual.

Namun, karena hanya segelintir tim yang akan mencapai babak akhir, sebagian besar token yang beredar kemungkinan besar tidak akan menghasilkan tiket apa pun. Menurut laporan The Athletic, FIFA telah menjual puluhan ribu token serupa kepada para penggemar optimistis, yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tambahan sekitar US$15 juta atau sekitar Rp248 miliar.
Baca juga: FIFA Gandeng Avalanche untuk Kembangkan Blockchain Layer-1 Sendiri
Dinilai Mirip Perjudian
Dengan sistem seperti ini, Gespa menilai bahwa mekanisme RTB bisa menyerupai skema perjudian, karena pembeli token pada dasarnya “bertaruh” pada peluang tim mereka lolos ke babak tertentu agar tokennya bernilai. Otoritas Swiss pun tengah memeriksa apakah mekanisme ini melanggar hukum tentang perjudian yang berlaku di negara tersebut.
Gespa memiliki kewenangan untuk memerintahkan perusahaan berbasis di Swiss menghentikan kegiatan yang melanggar aturan, serta dapat meminta penyedia layanan internet di Swiss memblokir situs web yang terlibat jika ditemukan pelanggaran. Jika terbukti melanggar hukum, lembaga tersebut wajib melaporkan temuan kepada otoritas penegak hukum.
Piala Dunia 2026 diproyeksikan menjadi salah satu yang paling menguntungkan dalam sejarah FIFA, dengan target pendapatan mencapai US$11 miliar atau sekitar Rp182 triliun untuk periode 2023–2026. Sebagian besar pertandingan akan digelar di Amerika Serikat, di mana pasar aset digital dan teknologi Web3 telah mendapat penerimaan publik yang luas.
Adapun, FIFA juga terus memperluas adopsi teknologi Web3 melalui platform FIFA Collect dan kolaborasinya dengan Modex. Platform ini memanfaatkan teknologi NFT dan blockchain untuk mendukung penjualan tiket digital, koleksi digital, hingga pengalaman interaktif bagi penggemar sepak bola di seluruh dunia.
Baca juga: FIFA dan Mythical Games Bersiap Rilis Game Web3 Mobile FIFA Rivals