Altcoin Anjlok Serempak Usai Reli Tajam, Ini Kata Analis
24th July, 2025
Pasar aset kripto kembali tertekan pada Kamis, 24 Juli 2025, setelah mencatat reli kuat dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah altcoin utama melemah signifikan dan menghapus sebagian besar kenaikan yang sebelumnya terjadi.
Menurut data CoinMarketCap, Bitcoin (BTC) turun sekitar 1% ke level US$118.500, setelah sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di US$123.000 pada 14 Juli lalu. Koreksi ini menandai pelemahan lanjutan dari area psikologis US$120.000 yang ditembus pekan sebelumnya.
Ethereum (ETH) juga melemah sekitar 1% dan saat ini diperdagangkan di kisaran US$3.600, setelah konstan diperdagangkan tepat di bawah US$4.000. Sementara itu, XRP dan Solana (SOL) yang keduanya sempat mencetak performa signifikan kini mencatat penurunan lebih tajam masing-masing sekitar 10% dan 6%.
Meme coin utama seperti Dogecoin (DOGE), Shiba Inu (SHIB), dan Pepe (PEPE) juga terkoreksi cukup dalam, masing-masing turun antara 8% hingga 9% dalam 24 jam terakhir.
Akibat aksi jual masif ini, total kapitalisasi pasar kripto global turun sekitar 2%, menyentuh level US$3,86 triliun.
Menariknya, meskipun harga kripto tengah melemah, indeks Fear and Greed justru masih berada pada zona “Greed” (71–100), mengindikasikan bahwa investor secara umum masih menunjukkan minat tinggi terhadap pasar.

Baca juga: Bitcoin Diprediksi Masih Sulit Tembus US$200.000 Tahun Ini
Koreksi Tanpa Pemicu Jelas
Dalam laporan The Block, Research Analyst dari Presto Research, Min Jung, menyatakan bahwa tidak ada pemicu spesifik yang mendorong koreksi saat ini. Ia menilai bahwa pelemahan ini lebih disebabkan oleh jeda teknikal dan aksi ambil untung.
“Ini terlihat seperti momen rehat setelah reli, bukan koreksi struktural. Bahkan setelah penurunan hari ini, Ethereum masih naik 7% dan Dogecoin 12% dalam sepekan terakhir,” jelas Jung.
Chief Strategy Officer CoinW, Nassar Al Achkar, menyampaikan pendapat senada. Menurutnya, koreksi ini merupakan bagian dari dinamika pasar normal setelah fase kenaikan tajam, yang kemudian diperparah oleh likuidasi posisi leverage dan rotasi modal keluar dari altcoin menjelang keputusan ETF penting.
Baca juga: Likuidasi Short Capai Rp9,6 Triliun Saat Bitcoin Cetak Rekor Baru
Likuidasi Masif di Posisi Long
Chief Investment Officer di Kronos Research, Vincent Liu, menambahkan bahwa tekanan jual belakangan ini juga didorong oleh “likuidasi berantai dan penurunan likuiditas” pada aset-aset berisiko tinggi. Altcoin yang sempat overbought menjadi sasaran utama likuidasi posisi long yang berlebihan.
Data dari CoinGlass menunjukkan bahwa total likuidasi dalam 24 jam terakhir mencapai US$951 juta, di mana sekitar US$807 juta berasal dari posisi long. Ethereum mencatat jumlah likuidasi terbesar, yakni US$197 juta, termasuk US$160 juta dari posisi long yang dipaksa keluar.

Likuidasi terjadi ketika nilai jaminan trader tidak lagi mencukupi untuk mempertahankan posisinya di tengah volatilitas pasar, sehingga posisi tersebut otomatis ditutup oleh sistem.
Sementara itu, laporan dari Decrypt menyoroti sinyal teknikal tambahan yang memperkuat sentimen negatif jangka pendek. Founder Elfa AI, Tristan Teo, mencatat adanya peningkatan ask skew di Ethereum, yang bisa menjadi indikasi pembalikan harga dalam waktu dekat. Ryan McMillin, CIO di Merkle Tree Capital, juga memperingatkan bahwa lebih dari 500.000 ETH tengah mengantre untuk di-unstake, yang berpotensi memicu tekanan jual tambahan di tengah meningkatnya arus masuk ETF Ethereum.
“Ethereum sudah naik sangat cepat, jadi wajar jika sekarang ia butuh istirahat,” ujar McMillin.
Kendati koreksi saat ini menimbulkan kekhawatiran, sejumlah analis tetap memandang positif prospek pasar dalam jangka menengah. Nick Ruck dari LVRG Research menilai tekanan saat ini lebih banyak berasal dari menurunnya minat investor ritel, sementara pelaku institusional mulai mengalihkan perhatian ke arah makroekonomi, arus ETF, dan area support teknikal penting.
Ryan McMillin menambahkan bahwa ekspektasi terhadap penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, serta korelasi antara Bitcoin dan suplai uang global (M2), bisa menjadi pemicu fase kenaikan berikutnya.
“Penurunan ini bukan sinyal bahaya, melainkan hanya ‘noise’ dalam tren naik yang lebih besar,” pungkasnya.
Baca juga: Arthur Hayes Prediksi Ethereum Sentuh US$10.000 di Akhir 2025