Isu Hack Kripto oleh Korea Utara Masuk Agenda Pembahasan KTT G7
8th May, 2025
Isu peretasan aset kripto yang dilakukan oleh Korea Utara dilaporkan akan menjadi salah satu topik penting dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 mendatang yang digelar pada 15–17 Juni 2025 di Kananaskis, Alberta, Kanada.
Menurut laporan Bloomberg pada Rabu (7/5/2025), serangan-serangan kripto oleh Korea Utara ini kini dianggap sebagai ancaman transnasional yang memerlukan respons internasional yang lebih terkoordinasi.
Dipimpin oleh Perdana Menteri Kanada Mark Carney, pertemuan ini akan dihadiri oleh para pemimpin dari tujuh negara ekonomi terbesar dunia: Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia.
Adapun, pembahasan ini akan berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan perdagangan antara Amerika Serikat dan beberapa anggota G7 lainnya. Adapun, topik yang akan mendominasi termasuk konflik di Ukraina dan Gaza.
Baca juga: Hacker Korea Utara Sasar Founder Kripto Lewat Serangan Phishing di Zoom
Dana Kripto untuk Senjata Pemusnah Massal
Berbagai investigasi telah mengungkap bahwa Korea Utara secara konsisten memanfaatkan hasil curian dari peretasan aset kripto untuk mendanai program nuklir dan militernya. Salah satu pelaku utama yang sering disebut adalah Lazarus, kelompok peretas yang memiliki afiliasi langsung dengan pemerintah Korea Utara. Sepanjang 2024 saja, Lazarus disebut telah mencuri lebih dari US$1,3 miliar melalui 47 aksi peretasan berbeda, berdasarkan data dari Chainalysis.
Salah satu serangan terbesar tahun ini adalah peretasan terhadap exchange Bybit pada Februari 2025, yang menyebabkan kerugian mencapai US$1,46 miliar, menjadikannya insiden peretasan terbesar sepanjang sejarah industri kripto. Selain itu, kasus pencurian terhadap Axie Infinity senilai US$622 juta dan platform exchange India WazirX senilai US$230 juta juga dikaitkan dengan kelompok ini.
Menurut laporan dari Departemen Keuangan Amerika Serikat, dana ilegal dari serangan tersebut dimanfaatkan untuk menghindari sanksi internasional dan mempercepat pengembangan senjata pemusnah massal.
Selain itu, Korea Utara juga disebut mengirim tenaga kerja IT ke berbagai perusahaan kripto global sebagai insider threat, menyamar sebagai pekerja lepas demi menyusup ke dalam sistem internal perusahaan.
Secara luas, tingkat kecanggihan operasi siber Korea Utara meningkat pesat. Yang terbaru ini, kelompok yang terafiliasi dengan Lazarus dilaporkan mendirikan tiga perusahaan fiktif, dua di antaranya berbasis di AS, untuk menyebarkan malware dan menipu para pengembang kripto.
Baca juga: Hacker Korea Utara Sasar Developer Kripto dengan Perusahaan Palsu