Peretas Pusat Data Nasional RI Minta Donasi dalam Bentuk Monero (XRM)

Anisa Giovanny

2nd July, 2024

Sejak 20 Juni 2024, pemerintah dibuat kalang kabut menangani serangan ransomware dari kelompok Brain Chiper terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya. Serangan ini membuat data masyarakat Indonesia berisiko dieksploitasi dan lebih dari 200 institusi di Indonesia terdampak.

Peretas awalnya meminta tebusan US$8 juta atau setara dengan Rp131 miliar kepada pemerintah jika ingin mendapatkan kunci untuk mengakses data yang dienkripsi. Namun, permintaan itu ditolak pemerintah, yang lebih memilih untuk memulihkan data dari awal karena tidak memiliki cadangan. 

Selang beberapa waktu, pada 2 Juli 2024, peretas PDNS 2 mengungkapkan akan memberikan pembuka (dekripsi) data yang dikunci imbas ransomware secara gratis. 

Gambar: Pengumuman dari Brain Chiper. Sumber: @stealthmole_int.

“Rabu ini, kami akan memberi Anda kuncinya secara gratis. Kami berharap serangan kami menjelaskan pesan kepada Anda betapa pentingnya membiayai industri dan merekrut spesialis yang berkualifikasi,” tulis kelompok Brain Cipher dilansir dari media sosial X @stealthmole_int.

Kelompok peretas itu juga meminta maaf atas dampak yang mereka timbulkan dan mereka menegaskan tidak ada motif politik di balik serangan tersebut.

Mereka berharap pemerintah dan masyarakat Indonesia menganggap serangan itu sebagai penetrasi untuk menguji keamanan pusat data nasional.

Baca juga: Kerugian Kripto Akibat Deepfake Ditaksir Hampir US$25 Miliar di 2024

Peretas Minta Donasi Monero (XMR)

Dalam pengumumannya kelompok Brain Chiper juga mencatutkan akun dompet digital monero (XMR) bagi mereka yang ingin mengirimkan donasi.

Monero dikenal sebagai proyek kripto yang menawarkan fitur privasi tingkat lanjut, seperti tanda ring signatures dan alamat tersembunyi. Ini membuat transaksi menggunakan Monero hampir tidak dapat dilacak untuk memastikan anonimitas.

Monero juga fokus pada privasi dan desentralisasi yang menjadikannya sebagai pilihan menarik bagi mereka yang ingin menghindari deteksi dan mencegah pelacakan dana, sehingga memberikan lapisan keamanan tambahan untuk aktivitas terlarang. 

Ada beberapa contoh penting di mana Monero digunakan oleh peretas, seperti serangan ransomware WannaCry pada  2017, ketika penyerang beralih ke Monero dari Bitcoin karena fitur privasinya yang lebih kuat. 

Pada 2018, malware penambangan CryptoLoot ditemukan menginfeksi komputer dan menambang Monero tanpa sepengetahuan pengguna. Grup ransomware Sodinokibi/REvil pada tahun 2019 meminta uang tebusan di Monero untuk memastikan anonimitas transaksi. 

Malware penambangan XMRig, yang biasa dieksploitasi oleh peretas, telah digunakan untuk menambang Monero di mesin yang terinfeksi. Kelompok DarkSide, yang dikenal dengan Ransomware-as-a-Service (RaaS) pada tahun 2021, juga menuntut pembayaran tebusan dari Monero agar tetap tidak terdeteksi oleh penegak hukum. Kasus penting lainnya pada tahun 2021 adalah serangan ransomware Kaseya VSA, di mana penyerang meminta Monero sebagai tebusan.

Baca juga: Binance Delisting Monero (XMR), Harga XMR Anjlok!

Anisa Giovanny

Anisa tertarik dengan dunia tulis menulis dan copyediting sejak bangku SMA dan diperdalam di dunia perkuliahan. Saat ini tertarik dan tengah mendalami bidang ekonomi terutama terkait investasi dan cryptocurrency

Anisa tertarik dengan dunia tulis menulis dan copyediting sejak bangku SMA dan diperdalam di dunia perkuliahan. Saat ini tertarik dan tengah mendalami bidang ekonomi terutama terkait investasi dan cryptocurrency