CEO Binance : Aturan Pajak Kripto di Indonesia Belum Optimal

Nabiila Putri Caesari

14th November, 2022

CEO Binance, Changpeng Zhao (CZ) menjadi salah satu pembicara dalam acara B20 Summit Indonesia yang berlangsung pada 13-14 November 2022 di Bali, Senin (14/11/2022).

Business 20 atau disingkat B20 adalah forum dialog antara komunitas bisnis global dalam agenda G20 yang merupakan salah satu rangkaian acara Presidensi G20 Indonesia. 

Dalam kesempatan ini CZ juga turut memberikan tanggapannya soal pajak aset kripto Indonesia yang telah diterapkan. Ia menggaris bawahi jika pajak kripto di Indonesia memang dibutuhkan akan tetapi penerapannya masih belum optimal. 

Karena, jika pajak ternyata lebih tinggi dari transaksi, maka para pelaku pedagang atau investor mendapatkan keuntungan kecil atau bahkan tidak mendapatkannya sama sekali.

Penerapan pajak yang tinggi tentunya akan sangat memberatkan bagi masyarakat lokal. Oleh sebab itu, CZ lebih menyarankan untuk menerapkan pajak kepada perusahaan, bukan kepada pengguna. 

“Misalnya, jika pajaknya $99,00 dari transaksi $100, maka para pengguna tidak akan mendapatkan apapun dari melakukan transaksi tersebut, jadi bukan berarti persentase pajak yang lebih tinggi selalu memberi anda pengembalian tertinggi. Kemudian, saya sangat menyarankan untuk tidak menerapkan pajak pada transaksi pengguna, tetapi pajak pada perusahaan,” ujarnya.

Selanjutnya, jika pajak sedikit dan volume transaksinya tinggi, maka sama saja sebenarnya jumlah total pajak yang diterima itu malah lebih tinggi.

CZ juga menambahkan bahwa di kripto ada kebijakan pembatasan negara dalam perihal pengenaan pajak pada entitas lokal yang sangat memberatkan, sehingga semua transaksi akan pindah ke offshore platform.

Regulator di Dunia Miliki Peran Penting

Karena itu demi mendukung kripto, regulator di seluruh dunia memiliki peran yang sangat penting, demi meningkatkan kejelasan regulasi di ruang kripto.

“Regulator memang benar-benar memiliki peran, tetapi bukan 100% tanggung jawab mereka.  Jadi kami akan mencoba untuk mengumpulkan pemain industri lainnya bersama-sama dan membentuk asosiasi industri secara global dan mencoba untuk berurusan dengan beberapa standar umum dalam bisnis dan sebagainya. Pastinya sebagai industri juga memerlukan transparansi, kita perlu bekerja sama dengan regulator di seluruh dunia,” ungkapnya.

Baca Juga: Changpeng Zhao Hadir di Bali, Bahas Aset Digital dan Singgung Kisruh FTX

Kripto Akan Menggantikan Keuangan Tradisional?

CEO Binance itu juga percaya bahwa nantinya kripto dapat menggantikan mata uang tradisional atau mata uang fiat dalam prediksi jangka pendeknya, karena saat ini kekayaan seseorang 99% masih dalam bentuk mata uang fiat atau masih menggunakan sistem keuangan tradisional.

“Jika dilihat pertumbuhan kripto dalam jangka pendek masih cukup sulit digunakan bagi beberapa orang, karena kebanyakan orang merasa kesulitan untuk mengunduh wallet mereka,” katanya.

Namun, ia percaya bahwa di masa depan nanti dalam prediksi jangka panjang sekitar 1020 tahun sebagai pertumbuhan generasi berikutnya kripto memungkinkan dapat digunakan sebagai pengganti mata uang fiat.

Sebab, pertumbuhan di kripto jauh lebih cepat daripada pertumbuhan keuangan tradisional.

“Dalam jangka panjang kami melihat bahwa semakin banyak orang yang akan bermigrasi ke kripto, karena di masa depan nanti usia remaja sekitar 20-30 tahun sudah jauh lebih mudah untuk melakukan transaksi di dalam bisnis kripto,” tambahnya.

Baca Juga: Binance Dirikan Industry Recovery Fund untuk Bantu Proyek Kripto yang Krisis Likuiditas

Nabiila Putri Caesari

Seorang perempuan yang gemar menulis sekaligus bercerita. Memiliki ketertarikan terhadap dunia ekonomi, travel, dan fotografi. Selalu antusias dan senang belajar dengan hal baru.

Seorang perempuan yang gemar menulis sekaligus bercerita. Memiliki ketertarikan terhadap dunia ekonomi, travel, dan fotografi. Selalu antusias dan senang belajar dengan hal baru.